Jakarta, aktual.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi kemunculan bibit siklon tropis 96S di Samudra Hindia selatan Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berpotensi memicu cuaca ekstrem. Menyikapi hal itu, Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Selly Andriany Gantina, meminta pemerintah tidak mengabaikan peringatan dini yang telah disampaikan BMKG.
“Kami di Komisi VIII Fraksi PDI Perjuangan menyampaikan apresiasi kepada BMKG atas pemantauan dan peringatan dini yang disampaikan kepada publik secara transparan dan akurat. Informasi ini sangat krusial, terutama pada periode akhir tahun ketika dinamika atmosfer cenderung lebih aktif,” kata Selly kepada wartawan, Sabtu (27/12/2025).
Selly menegaskan, kesiapsiagaan menghadapi potensi cuaca ekstrem bukan hanya menjadi tanggung jawab BMKG atau pemerintah pusat, melainkan juga memerlukan peran aktif pemerintah daerah, lembaga penanggulangan bencana, serta masyarakat.
“Informasi peringatan dini harus diterjemahkan menjadi langkah konkret di tingkat lokal. Pemerintah daerah di wilayah yang disebutkan berpotensi terdampak perlu segera mengaktifkan posko kesiapsiagaan bencana, memperkuat sistem peringatan di tingkat desa/kelurahan, serta menyiapkan jalur evakuasi dan sarana/prasarana darurat,” ucapnya.
Ia juga mendorong penguatan koordinasi lintas sektor, khususnya di bidang transportasi laut, pariwisata, dan pertanian, guna meminimalkan dampak cuaca ekstrem terhadap pelayanan publik. Selain itu, potensi banjir dan tanah longsor di wilayah rawan juga perlu diantisipasi sejak dini.
“Bagi masyarakat umum, terutama yang berada di wilayah pesisir atau rawan bencana, hendaknya mengikuti informasi resmi BMKG secara berkala melalui kanal digital resmi, serta tidak mengabaikan panduan keselamatan ketika beraktivitas di luar ruangan atau di laut,” ujar Selly.
“Masyarakat nelayan, pelaku pariwisata bahari, serta komunitas pesisir harus dipandu agar tetap waspada terhadap potensi meningkatnya tinggi gelombang laut dan angin kencang meskipun bibit siklon belum berkembang menjadi siklon tropis sepenuhnya,” tambahnya.
Lebih jauh, Selly menilai fenomena ini menjadi pengingat bahwa perubahan iklim global menuntut respons kebijakan yang lebih adaptif dan berkelanjutan. Ia mendorong penguatan ketahanan bencana dan iklim, termasuk peningkatan kapasitas BMKG, BNPB, dan BPBD di seluruh daerah.
“Akhirnya, kami menegaskan bahwa pemerintah harus terus memperkuat rencana kontinjensi dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem, tidak menunggu hingga kejadian memburuk, tetapi dengan mitigasi yang komprehensif sejak dini. Upaya ini tidak hanya menyelamatkan nyawa, tetapi juga menjaga produktivitas sosial-ekonomi masyarakat di tengah ketidakpastian cuaca yang semakin kompleks,” imbuhnya.
Sebagaimana disampaikan BMKG, bibit siklon tropis 96S terpantau terbentuk di Samudra Hindia selatan NTB sejak Kamis (25/12) dini hari. Berdasarkan pemantauan awal, sistem ini memiliki kecepatan angin maksimum 15 knot (28 km/jam) dengan tekanan udara minimum 1003 hPa.
Citra satelit menunjukkan pertumbuhan awan konvektif di sekitar pusat sirkulasi, meski belum terorganisasi secara optimal dan masih bersifat sporadis di bagian utara sistem.
“Berdasarkan prediksi BMKG, dalam 24 jam ke depan sistem ini cenderung persisten, dan akan mengalami sedikit peningkatan kecepatan angin pada 24-48 jam ke depan ditandai dengan sirkulasi yang semakin tertutup dengan kecepatan angin maksimum mencapai 20 knot, terutama di utara pusat sirkulasi dengan arah pergerakan ke arah timur-tenggara,” ujar BMKG.
BMKG juga memprakirakan bibit siklon tersebut akan berbelok ke arah barat laut hingga barat dalam rentang 48–72 jam ke depan. Secara umum, potensi bibit siklon tropis 96S untuk berkembang menjadi siklon tropis dalam 24–72 jam ke depan masih berada pada kategori rendah.
Adapun wilayah yang diprediksi terdampak meliputi hujan sedang hingga lebat di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, angin kencang di pesisir selatan Bali hingga Nusa Tenggara Timur, serta gelombang laut sedang hingga tinggi di sejumlah perairan selatan Jawa, Bali, Lombok, hingga Timor dan Laut Sawu.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain

















