Jakarta, Aktual.com- Dalam beberapa mazhab terutama mazhab Syafi’i niat merupakan salah satu rukun yang menjadi dasar penentuan diterima atau tidaknya ibadah seseorang. Niat adalah melakukan sesuatu berbarengan dengan perbuatannya.
Rasulullah Saw bersabda:
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya dan sesungguhnya seseorang hanya mendapatkan apa yang dia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Beberapa ulama mengatakan tentang pentingnya mempelajari niat, Yahya bin Katsir berkata “Pelajarilah niat karena sesungguhnya niat itu lebih penting daripada amal.” (Lihat kitab An-Niat Hal. 2)
Kemudian, Ibnu Mubarak berkata “Terkadang amalan yang kecil menjadi besar dengan niat, dan terkadang amalan besar menjadi kecil dengan niat.”
Dari penjelasan beberapa ulama diatas. Maka, dapat diambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya niat dalam kehidupan. Bahkan, terkadang amalan-amalan sepele bisa menjadi pahala yang besar karena adanya niat yang baik.
Imam Ahmad bin Zain al-Habsy menerangkan dalam kitab ‘Ainiyah seseorang yang menginginkan pahala besar tersebut maka pelajarilah niat. Bahkan, Ulama-ulama salaf dahulu selalu mengajarkan anak-anak mereka tentang niat, seperti halnya mereka mengajarkan bacaan al-Fatihah.
Salah satu amalan yang terasa biasa saja tetapi sangat besar pahalanya yaitu niat berangkat ke masjid. Habib Sa’ad dalam kitab an-Niat merangkum beberapa amalan niat pergi ke masjid:
Inilah beberapa niat yang harus dimiliki setiap muslim kketika hendak melakukan sholat:
Pertama, hendaknya berniat mengunjungi rumah Allah Swt karena masjid adalah rumah Allah Swt sedangkan makhluk adalah hambanya.
Rasulullah Saw Bersabda, “Tidaklah seorang muslim ia berwudhu’ kemudian memperbagus wudhu’nya lalu ia pergi ke masjid daripada masjid-masjidnya Allah SWT. Maka, ia adalah tamu Allah SWT. Benar, yang dikunjungi pasti akan memuliakan pengunjung.”
Kedua, berniat menunaikan janji Allah Swt. Dalam sebuah Riwayat dari Ibnu Sa’id al-Khudri Ra. menceritakan tentang kisahnya saat ia pergi keluar bersama Rasulullah Saw dan beberapa sahabat yang lain, Rasulullah bersabda kepada mereka.
“Apakah kalian tahu apa yang Rabb kalian katakana?”
“Allah dan Rasulullah-Nya lebih tahu,” Sahabat membalas.
“Sesungguhnya Rabb kalian berfirman, “Siapa yang membersihkan rumah-Ku kemudian berjalan untuk sholat sebagai pengagungan terhadap hak-nya, mencintai pada-nya, dan lebih mendahulukannya atas yang lainnya. Maka, ia pantas mendapatkan dari-Ku sebuah janji yaitu aku tidak akan mengazab selamanya.
Ketiga, hendaknya berniat untuk menunaikan amanat Allah Swt atas dirinya. Ketika Sayyidina Ali bin Abi Thalib mendengar panggilan sholat, ia berkata:
“Telah datang waktu untuk menunaikan amanat paling agung yang Allah Swt telah menunjuk langit, bumi dan gunung untuk menanggung amanat tersebut akan tetapi mereka tidak mampu. Kemudian Manusia menanggungnya sungguh manusia itu sangat zalim dan bodoh.”
Keempat, hendaknya niat untuk memakmurkan masjid Allah Swt. Seperti halnya Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya mereka yang memakmurkan rumah-rumah Allah Swt, mereka adalah Ahlu Allah Swt.”
Itulah beberapa niat-niat yang bisa diamalkan ketika berangkat untuk menunaikan sholat di masjid, agar amalan-amalan yang sederhana tersebut bisa menjadi besar dengan sesuatu yang kita niatkan.
(Kitab an-Niat Sayyid Muhammad bin alawi al-idrus.)
Wallahu a’lam
(Zulkarnain)
Artikel ini ditulis oleh:
Arie Saputra