Jakarta, Aktual.com – “Kita semua tidak mau Indonesia mengalami nasib seperti Astina, yang setelah ditinggalkan Pandawa dikuasai oleh Kurawa. Jangan serahkan Indonesia pada Kurawa,” kata ekonom senior Rizal Ramli saat memberi sambutan pada acara Halal Bihalal di kantornya di bilangan Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (5/7) kemarin.

Selepas salat Maghrib berjamaah, lelaki yang pernah menjadi Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu mengutip kisah Mahabrata. Yudistira adalah tokoh berkarakter pemimpin yang bijaksana, tetapi ada saatnya dia keliru, termasuk ketika meladeni tantangan Kurawa untuk bermain judi.

Perjudian sulung Pandawa itu ternyata tidak main-main. Selain fulus, Bima, Arjuna dan si kembar Nakula-Sadewa pun dipertaruhkan. Bahkan Drupadi, istrinya pun jadi taruhan. Terakhir, Yudistira menjadikan negeri Astina sebagai taruhan. Kisah berakhir dengan tragis. Pandawa kalah berjudi. Istana menjadi milik Kurawa. Pandawa terusir dari Astinaharus berkelana di hutan belantara.

Rizal Ramli tengah bertamsil. Bangsa ini, kata dia, mengalami apa yang terjadi pada Pandawa, yaitu berjudi dengan taruhan yang amat mengerikan. Perjudian pertama terjadi saat Pilkada DKI silam. Pemihakan pada para kandidat menyebabkan warga Jakarta khususnya dan rakyat Indonesia umumnya terpolarisasi amat tajam. Kegaduhan sangat luar biasa terjadi dan nyaris menyulut konflik horisontal secara massal.

Perjudian kedua, adalah membiarkan perkara ekonomi negeri ini terus-menerus ditangani para menteri pengusung mazhab neolib. Padahal, selama nyaris 72 tahun Indonesia merdeka, penerapan ekonomi neolib telah terbukti gagal mengangkat kesejahteraan mayoritas rakyat Indonesia. Neoliberalismejustru menjadi pintu gerbang bagi masuknya neokolonialisme.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu