Surabaya, Aktual.com-Pengamat politik asal Universitas Negeri Trunojoyo, Madura, Mochtar W. Oetomo, menilai pertarungan antar kader Nahdlatul Ulama (NU) di Pilgub Jatim 2018 layaknya perang saudara. Sebab, ada dua nama dari organisasi tersebut yakni Saifullah Yusuf dengan Khofifah Indar Parawansa yang sama sama mengincar posisi nomer satu di Jatim.

“Ini sama sama kader terbaik NU. NU dihadapkan dengan NU, seperti perang saudara di Jaman Majapahit. Namanya, perang Paregreg. Yang justru membawa kemunduran bagi kekuasaan Kerajaan Majapahit.” ujarnya.

Mochtar pun mencontohkan beberapa minggu kemarin, dimana terjadi perang kritik antara Kyai yang memihak d Gus Ipul dan Kyai yang memihak Khofifah. Perang tersebut, lanjutnya, justru dapat membawa kemunduran bagi Jawa Timur ke depannya.

Mochtar pun mengkhawatirkan jika dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Kendati demikian, masih kata Mochtar, Pilgub Jatim 2018, kecil kemungkinan menyentuh wilayah SARA.

Senada dikatakan pengamat Politik asal Universitas Airlangga Surabaya, Suko Widodo. Dua kader terbaik NU yang tampil di Pilgub Jatim, memang memicu ketidak harmonis para kiai.
“Jika Kyai sudah tidak pada khitahnya sebagai Begawan di tengah masyarakat, nanti Jawa Timur juga mengalami kemunduran,” ujarnya.
Kyai seharusnya menjadi penengah, bukan saling menuduh kesalahan, dan tidak menimbulkan keresahan.

Melihat hal tersebut, Sekretaris Gerindra Jatim, Anwar Sadad, pun menyatakan jika poros tengah akan hadir sebagai penengah.

“Jika perang sampai terjadi, maka poros tengah akan turun untuk menjawab keresahan masyarakat.” kata Anwar.

Gerindra, kata Anwar, menginisiasi adanya poros emas. Karena itu yang dibutuhkan oleh Jawa Timur bukan perang klaim dukungan yang menggunakan term agama. Melainkan perang gagasan dan perang ide.

Pewarta : Ahmad H. Budiawan

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Bawaan Situs