Jakarta, Aktual.com — Buang air kecil (air seni) menjadi hal lumrah bagi manusia. Setiap manusia melakukan aktivitas ini untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme di dalam tubuhnya (mengeluarkan kotoran dari tubuhnya). Dalam melakukan aktivitas tersebut, Muslim dituntut melakukannya secara benar dan sesuai aturan baik itu dari kacamata Islam maupun kesehatan kedokteran.

Sebenarnya hal ini telah banyak dibahas dalam kitab-kitab fiqih, biasanya materi Thaharoh adalah materi yang pertama kali dibahas karena sangat pentingnya hal itu. Bahkan sebagian Ulama ada yang mengatakan “Agama Islam adalah dimulai dari WC (Kamar Mandi)”. Apabila di toilet-nya kita salah, maka sia-sialah ibadah kita selama ini.

اِسْتَنْزِِهُوْا عَنِ الْبَوْلِ فَإِنَّ عَامَّةَ عَذَابِ الْقَبْرِ مِنْهُ

Artinya, “Sucikanlah dirimu dari air kencing, karena sesungguhnya sebagian besar siksa kubur itu disebabkan olehnya.” (Hadis Riwayat Abu Daruquthni).

“Maksud Hadis tersebut adalah adab-adab ketika kita berada di kamar mandi entah untuk laki-laki maupun perempuan, karena selain dilarang oleh agama hal tersebut juga mempunyai banyak merugikan,” ungkap Ustad Hasanudin kepada Aktual.com, Selasa (2/2), di Jakarta.

Bila buang air kecil seorang Muslim tidak sempurna maka akan merusak ibadahnya. Tidak hanya ibadah, juga merugikan dari sisi kesehatan individu hingga orang lain. Namun, bolehkah seorang Muslim kecing berdiri atau tidak sesuai dengan tuntunan dari Rasulullah SAW?. Berikut, jika Muslim tidak memperhatikan adab buang air kecil secara benar sesuai kaidah Islam:

1. Tubuh menjadi cepat sakit

Seperti, timbulnya penyakit kencing manis (diabetes), penyakit ginjal, dan penyakit yang membahayakan saluran pencernaan lainnya. Karena air kencing adalah air kotor yang harus dibuang. Apabila kita kencing berdiri, maka keluarnya air kotor itu tidak tuntas dan masih banyak yang mengidap di saluran pencernaan kita.

2. Toilet jadi berbau

Karena biasanya orang yang kencing berdiri, ia akan kencing di dinding-dinding WC, Jadi sisa sisa kencing masih menempel di dinding-dinding WC itu. Dan, itulah yang menyebabkan WC jadi berbau.

3. Percikan air

Air pipis kita akan menyiprat (memantul) mengenai pakaian kita sehingga pakaian kita menjadi najis, apabila kita memakai pakaian itu untuk salat atau membaca Al Quran. Maka sia-sialah ibadah kita selama ini. Karena syarat sah ibadah tersebut adalah suci dari hadas dan najis.

4. Mendapat adzab kubur

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,

اِسْتَنْزِهُوْا عَنِ الْبَوْلِ فَإِنَّ عَامَّةََ عَذَابِ الْقَبْرِ مِنْهُ

Artinya, “Sucikanlah dirimu dari air kencing, karena sesungguhnya sebagian besar siksa kubur itu disebabkan olehnya. “(Hadits Riwayat Ad-Daruquthni)

Diriwayatkan bahwa Ketika Rasulullah SAW sedang melintasi kuburan, Beliau mendengar ada tangisan dan jeritan dari sebuah kuburan, lantas Rasulullah SAW mendekati kuburan itu, kemudian bertanya “Wahai Fulan, kenapa kamu menjerit dan disiksa seperti ini, hal apa saja yang engkau lakukan ketika di dunia?”

Lalu orang yang di dalam kubur itu menjawab “Yaa Rasulullah…aku adalah seorang ‘alim (orang yang berilmu), dan aku juga ahli ibadah, aku mengerjakan salat dengan rajin, membaca Al Quran dan ibadah lainnya aku kerjakan dengan baik.”

Rasulullah SAW bertanya kembali “Lalu mengapa kamu di siksa???”. Orang yang di dalam kubur itu berkata “Tapi ada satu hal yang sering aku lakukan, yaitu ketika aku kencing, aku tidak pernah tiris (tuntas), pasti ada beberapa tetes air kencing yang terkena celanaku karena aku kencing berdiri, maka dari itu aku disiksa seperti ini”

Lalu Rasulullah SAW mengambil sebuah batang pohon kemudian menancapkannya ke kubur orang tersebut dan berkata “Selama pohon ini masih hidup, ia akan terus mendoakanmu karena kesholehanmu”.

Itu-lah sejarahnya mengapa sampai sekarang, apabila ada orang yang meninggal, maka Ulama-ulama kita juga menancapkan pohon ke kuburan orang yang meninggal.

“Demikianlah pentingnya ketika kita sedang di toilet. Orang yang ahli ibadah saja disiksa di kuburnya, hanya karena setetes air kencing. Apalagi kita,” terang Ustad Hasanudin menambahkan.

“Sebenarnya hal ini sudah serng kita jumpai dari waktu kita masih kecil, guru-guru ngaji kita pasti mengajarkan kita untuk jongkok ketika membuang air kecil dan membersihkannya setelah kita selesai. Tapi apakah masih ingat karena untuk orang yang telah terbiasa melupakan maka pasti akan benar-benar lupa,” katanya lagi. Bersambung……

Artikel ini ditulis oleh: