Namun laporan yang agak “bearish” tidak banyak mengguncang sentimen pasar yang sangat “bullish”, kata Tom Saal, wakil presiden senior di INTL FCStone di Miami.

“Ini sedikit di sisi ‘bearish’,” kata Saal. “Tapi berita tentang Arab Saudi cukup signifikan, sehingga pasar bereaksi terhadap hal itu lebih daripada hal lainnya saat ini.” Pada Selasa (12/2), Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan kepada Financial Times bahwa produksi kerajaan itu akan turun di bawah 10 juta barel per hari pada Maret, lebih dari setengah juta di bawah target yang disepakati dalam kesepakatan antara OPEC dan sekutunya, yang bertujuan untuk membatasi pasokan global.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan pada Selasa (12/2) pihaknya telah memangkas produksi hampir 800.000 barel per hari pada Januari menjadi 30,81 juta barel per hari. Arab Saudi berkontribusi atas sebagian besar pengurangan itu.

“Faktor perasaan-baik kembali berperan tetapi ‘bullish’ minyak belum berarti keluar dari kesulitan,” kata PVM Oil Associates, Stephen Brennock.

“Ini adalah fakta yang terkenal bahwa ekonomi dunia kehilangan momentum di tengah sejumlah besar risiko penurunan termasuk ketegangan perdagangan AS dan China yang masih berlangsung dan ketidakpastian geopolitik.” Pembatasan AS terhadap sektor energi Venezuela akan menghapus sekitar 330.000 barel per hari dalam pasokan tahun ini, menurut Goldman Sachs.

Harga minyak telah naik sebesar 20 persen sepanjang tahun ini, namun sebagian besar kenaikan itu terjadi pada awal Januari, sebelum pengenaan sanksi-sanksi AS terhadap sektor energi Venezuela.

Artikel ini ditulis oleh: