Dunia koperasi dan “ekonomi rakyat” Indonesia patut berduka dengan wafatnya Adi Sasono, pada 13 Agustus 2016. Mantan Menteri Koperasi dan UKM era pemerintahan Presiden BJ Habibie, yang wafat di usia 73 tahun ini, adalah sosok yang memperjuangkan pemerataan perekonomian nasional.
Adi adalah juga salah satu pendiri ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia). Namun sebelum menjadi bagian dari birokrasi pemerintahan, Adi Sasono lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, 16 Februari 1943, ini dikenal sebagai tokoh LSM dan berbagai aktivitas kemasyarakatan lainnya. Selain itu ia juga merupakan tokoh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI), Pelajar Islam Indonesia (PII) dan ICMI dengan pernah menjadi Sekretaris Umum pada tahun 1990-an.
Selain itu ia juga mendirikan Partai Merdeka yang menjadi peserta Pemilu 2004 di Indonesia. Sebelumnya, insinyur lulusan Teknik Sipil ITB juga dikenal sebagai tokoh Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPIN).
Adi adalah tokoh yang memiliki visi dan misi yang kuat. Ia punya semangat membangun dunia koperasi. Kiprahnya di dunia koperasi membuat dirinya mendapat julukan “orang paling berbahaya di Indonesia.”
Dalam tulisan berjudul “Indonesia’s Most Dangerous Man” di suratkabar Washington Post (2 Maret 1999), Keith B. Richburg mengatakan, Adi “ditakuti” karena gerakan advokasi agresifnya yang disebut “Ekonomi Rakyat.”
Gerakan ini pada dasarnya ingin mendobrak hegemoni ekonomi kaum konglomerat komersial terhadap negara tradisional. Keberhasilan Adi adalah ketika Koperasi Unit Desa (KUD) menjadi mitra strategis Bulog dalam menyalurkan beras untuk rakyat. Wajar, jika dunia koperasi sangat kehilangan Adi.
Namun pada artikel Los Angeles Times – Washington, Adi menyangkal tuduhan sebagai “orang berbahaya” tersebut. Katanya, “I’ve tried to convince them that I’m not dangerous at all.”
Bila melihat program yang diajukan Adi sewaktu di Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, adalah jelas untuk membela wong cilik dalam mengembangkan usaha. Konteksnya, selama 32 tahun Indonesia dipimpin oleh pemimpin otoriter terdahulu yang lebih mengarah ke crony capitalism.
Kalangan borjuis pastinya menganggap ide-ide Adi Sasono berbahaya. Buku yang ditulis Adi telah menjadi buku wajib bagi aktivis pergerakan di zamannya. Dari sekian banyak aktivis, hanya sedikit yang memiliki kemampuan menulis secara kritis, dan membahas ekonomi kerakyatan. Adi adalah bagian dari aktivis yang sedikit itu.
Adi sempat menjadi Komisaris Utama PT Republika Media Mandiri, yang menaungi suratkabar Republika. Dalam keseharian, Adi adalah sosok yang selalu menunjukkan semangat kerja kepada bawahannya. Kalau pun sedang sakit, ia tak pernah mengeluh. Ia tak pernah mau terlihat sakit di depan para karyawan.
Mantan Presiden BJ Habibie menyatakan, ia mengenang Adi Sasono sebagai kawan seperjuangan yang selalu peduli pada pemerataan perekonomian nasional. “Perjuangan Adi Sasono telah mengilhami kita. Maka kita harus meneruskan perjuangan Adi, jangan sampai disia-siakan,” kata Habibie.
Menurut Habibie, kelebihan Adi Sasono adalah ia paham bagaimana melakukan perjuangan lewat ilmu pengetahuan. “Pak Adi sangat berjasa menyelesaikan tugasnya. Jasanya banyak sekali, koperasi, UKM, tak bisa disebut. Dia sangat berjasa, tak pernah kenal lelah,” sambung Habibie.
Politisi Partai Golkar, Priyo Budi Santoso, menyebut Adi sebagai tokoh yang menginspirasi banyak aktivis gerakan mahasiswa di Indonesia. Adi dipandang sebagai sosok guru bagi banyak aktivis.
“Adi Sasono adalah sosok yang menginspirasi perjuangan terhadap wong cilik. Yakni, perjuangan mengenai mimpi bangkitnya ekonomi kerakyatan serta perjuangan tentang dosa seorang pemimpin jika masih melihat rakyat kecil terpinggirkan,” lanjut Priyo.
Meninggalnya Adi juga dirasakan sebagai kehilangan oleh tokoh oposisi Malaysia, Anwar Ibrahim, yang merupakan sahabat dekatnya. Anwar dulu cukup sering berkunjung ke Indonesia dan bertemu Adi, khususnya ketika ICMI sedang berjaya. Lewat laman resminya di Facebook, Wan Azizah Wan Ismail –istri Anwar Ibrahim—mengutarakan rasa duka cita atas wafatnya Adi.
Menurut Wan Azizah, Adi dan Anwar memang bersahabat dekat. Bukan cuma personal, tetapi kedekatan hubungan itu juga melibatkan keluarga masing-masing. “Almarhum merupakan sahabat baik. Pernah berkunjung ke teratak (markas oposisi) kami di Bukit Segambut (Malaysia),” katanya.
“Salam takziah kepada keluarga beliau dan seluruh warga Indonesia. Semoga ruhnya ditempatkan di kalangan salihin,” ujar Wan Azizah, yang setia mendampingi suaminya Anwar Ibrahim, berjuang melawan rezim penguasa Malaysia yang otoriter.
Sebelum Anwar Ibrahim dipenjarakan oleh rezim penguasa Malaysia tahun 2015, Adi beberapa kali mengundang pemimpin Partai Keadilan Malaysia itu ke Indonesia untuk ceramah dan menjadi pembicara dalam seminar-seminar tentang demokrasi.
Adi wafat di rumah sakit Mayapada, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Sabtu, 13 Agustus 2016 karena sakit lever dan kanker. Ia meninggalkan seorang istri, Male Maria Adi Sasono, dan lima orang anak. ***
Artikel ini ditulis oleh: