Seoul, Aktual.com – Kim Yo Jong yang merupakan adik perempuan pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un mengejek Washington dan sekutu-sekutunya di Asia atas apa yang disebutnya sebagai “khayalan” mereka tentang denuklirisasi Korea Utara.
Dilansir dari ABC News, Kim Yo Jong juga menegaskan bahwa negara tersebut tidak akan pernah menghentikan program senjata nuklirnya. Pernyataan Kim Yo Jong, yang juga salah satu pejabat tinggi kebijakan luar negeri Korut itu merupakan tanggapan atas pertemuan minggu lalu antara diplomat tinggi Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang di mana mereka menegaskan kembali komitmen mereka untuk mendorong denuklirisasi Korea Utara.
Menyadari bahwa tujuan Korea Utara untuk perluasan senjata nuklir tercantum dalam konstitusinya, Kim Yo Jong menegaskan bahwa setiap diskusi eksternal mengenai denuklirisasi merupakan ”tindakan paling bermusuhan” dan merupakan penyangkalan terhadap kedaulatan negaranya.
”Jika AS dan pasukan bawahannya terus bersikeras pada denuklirisasi yang sudah ketinggalan zaman. Hal itu hanya akan memberikan keadilan dan pembenaran tak terbatas bagi kemajuan DPRK yang bercita-cita membangun kekuatan nuklir terkuat untuk membela diri,” katanya dalam komentar yang dirilis oleh media pemerintah. Ia menambahkan status senjata nuklir Korea Utara tidak akan pernah bisa dibalikkan oleh kekuatan fisik atau tipu daya licik apa pun.
Pernyataan Kim Yo Jong, yang juga anggota Komite Urusan Negara Korut itu muncul sehari setelah Korea Selatan melepaskan tembakan peringatan untuk mengusir sekelompok tentara Korea Utara yang telah melintasi perbatasan.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan sekitar 10 tentara Korea Utara, beberapa di antaranya membawa senjata, melanggar garis demarkasi militer di bagian timur perbatasan. Ketika Korea Selatan mengeluarkan peringatan dan melepaskan tembakan peringatan, mereka tidak membalas tembakan dan kembali ke Korea Utara.
Seperti diketahui ketegangan di kawasan tersebut meningkat karena Kim Jong Un terus memamerkan kemampuan nuklir negaranya, dan bersekutu dengan Rusia terkait perang di Ukraina. Kim juga mengabaikan seruan Seoul dan Washington untuk melanjutkan perundingan denuklirisasi.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa ia akan menghubungi Kim lagi untuk menghidupkan kembali diplomasi. Namun Korea Utara belum menanggapi tawaran tersebut. Untuk diketahui, Trump dan Kim telah bertemu tiga kali dalam masa jabatan pertama Trump, tetapi diplomasi mereka dengan cepat runtuh karena ketidaksepakatan tentang penghentian sanksi yang dipimpin AS, sebagai imbalan atas tindakan Korea Utara untuk menghentikan program nuklir dan misilnya.
Prioritas kebijakan luar negeri Kim sekarang adalah Rusia, yang telah dipasoknya dengan senjata dan pasukan untuk membantu memperpanjang peperangan di Ukraina. Seoul khawatir bahwa Kim mungkin menerima bantuan ekonomi dan teknologi canggih untuk mengembangkan persenjataannya sebagai imbalan atas dukungan militernya kepada Rusia.
(Indra Bonaparte)
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain