Jakarta, Aktual.com — Ide penggabungan bank-bank pelat merah dianggap pelaku perbankan menjadi sesuatu yang positif. Langkah ini menjadi penting untuk mendongkrak daya saing bank-bank pelat merah di kancah pasar bebas ASEAN.

Saat ini, empat bank BUMN yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, jika digabungkan dengan bank ASEAN lain, masih kalah dari bank-bank asing dari Malaysia atau Singapura.

Menurut Direktur Utama BTN, Maryono, pihaknya mendukung kebijakan holding bank pelat merah itu. Kebijakan dirasa penting agar lebih efisien.

“Kan (kebijakannya) sudah disiapin untuk holdingnya perbankan BUMN. Nantinya, empat bank ini akan dibentuk satu holding. Nah, holding ini adalah untuk efisiensi,” tegas dia di Jakarta, Senin (1/2).

Saat ini, kendati belum ada holding bank BUMN, memang empat bank BUMN itu bisa nerkoordinasi satu sama lain melalui Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara).

“Sebelum ada holding-nya ini, kami sudah bersatu dalam Himbara. Bagaimana kami melakukan efisiensi, antara lain banyak alternatif-alternatif untuk menurunkan suku bunga, itu lewat Himbara. Ini untuk menghadapi pasar bebas,” jelas Maryono.

Pasar bebas sektor perbankan sendiri akan terjadi di tahun 2020 dengan nama ASEAN Banking Integration Framework (ABIF). Diharapkan, sebelum ABIF, holding bank BUMN dapat terjadi.

Di tempat yang sama, Ketus Sub-Komite Corporate Gobernance, Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Jos Lukuhay, sepakat dengan adanya holding BUMN. Kebijakan holding dan juga sinergi sangat penting agar tercapai efisiensi dan dayansaing yang mumpuni.

“Kita bisa belajar dari Singapura dan Malaysia yang mempunyai holding BUMN yang kuat. Singapura ada Temasek Holdings sejak 1974 dan Malaysia ada Khazanah National Bhd sejsk 1993,” jelas dia.

Menurut Jos, perkembangan BUMN Indonesia saat ini berada jauh di belakang loncatan Singapura dan Malaysia. Indonesia lebih mirip Thailand dan selangkah di belakang Filipina. “Singapura dan Malaysia nisa maju setelah mereka melakukan konsolidasi dan sinergi BUMN mereka,” terangnya.

Untuk kasus Malaysia, kata dia, holding BUMN terutama di perbankan diputuskan hanya memiliki satu bank yang kuat, yaitu Bank CIMB. “Ini bentuk konsolidasi yang diturunkan ke bawah dengan cara likuidasi, merger, dan internal acquisition,” jelas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka