Sejumlah siswa Sekolah Islam Terpadu Al Beruni melakukan pawai menyambut bulan suci Ramadan 1437 H di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (3/6). Mereka menyerukan toleransi beragama terutama pada bulan suci Ramadan dan mengajak umat Islam untuk berpuasa pada bulan Ramadan. ANTARA FOTO/Yusran Uccang/ama/16

Malang, Aktual.com — Ketua Badan Pembina Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof Dr HA Malik Fadjar menyatakan tidak mudah membangun peradaban Islam di era globalisasi seperti sekarang ini karena era globalisasi telah membuat masyarakat kehilangan rasa sosialnya.

“Membangun peradaban itu membutuhkan kepekaan sosial, bagaimana bisa berkembang jika masyarakat saat ini bersikap individualistis. Oleh karena itu, tidak mudah membangun peradaban Islam di era globalisasi seperti sekarang ini karena salah satu unsur pendukungnya sudah terkikis, yakni rasa sosial,” kata Prof Malik Fadjar ketika memberikan sambutan pada kegiatan syiar di Bulan Ramadhan, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Masjid AR Fachruddin, Sabtu (11/6).

Dalam kajian bertajuk “Aktualisasi Ramadhan Membangun Islam Berkemajuan” itu, Malik mengatakan untuk menciptakan kepekaan sosial, bisa dibangun melalui tiga tahapan yakni pembiasaan, pembudayaan dan pendidikan.

Ia menjelaskan melalui pembiasaan, interaksi sosial akan menciptakan budaya kepekaan sosial. Kemudian, tahap pendidikan berperan untuk memahamkan dan mengarahkan peradaban apa yang ingin dibangun, termasuk Islam.

“Semua membutuhkan proses yang berkesinambungan, dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar kita. Jika sudah, Insya Allah peradaban Islam yang berkemajuan akan terwujud,” tutur pria yang juga Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini.

Islam berkemajuan, kata Malik, adalah Islam yang mampu mengaktualisasikan ilmu berdasarkan iman dan amal saleh. “Iman berarti selalu mengembangkan Islam melalui ilmu berdasarkan Quran dan Hadis. Amal saleh berarti sejalan dengan hati nurani dan harkat martabat kemanusian,” urainya.

Bulan Ramadhan, menurut Malik, adalah saat yang tepat untuk mengkaji peradaban Islam yang berkemajuan. Karenanya, ia mengapresiasi segala kegiatan khusus yang rutin diselenggarakan UMM selama Ramadhan.

“Mudah-mudahan UMM sebagai pusat pendidikan bisa selalu memberikan kontribusi dalam pengembangan peradaban Islam melalui sumber ilmu pengetahuan yang dimilikinya,” harapnya.

Sementara itu, Rektor UMM Fauzan mengatakan aktualisasi untuk membangun peradaban Islam yang berkemajuan tidak cukup hanya dengan dimensi dzikir dan fikir saja, tetapi harus dilanjutkan dengan dimensi ukir.

“Ukir ini merupakan hasil karya dari perilaku yang berdasarkan rasa humanis, yaitu kepekaan dan empati, baik personal maupun institusional,” tambahnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid