Kedua, para mahasiswa butuh berdiskusi secara tajam dan argumentatif soal isu ini, sebelum menyuarakan tuntutan mereka.
“Karena akan menjadi lucu ketika mereka memaksakan jumlah kepala sebagai patokan dalam aksi, dan lupa bahwa jumlah isi kepala itu lebih penting,” katanya.
Hal berikutnya adalah masyarakat membaca bahwa mahasiswa saat ini sepertinya bernostalgia dengan senior-senior mereka dalam gerakan 98.
Menurut dia, kebengisan dan pembungkaman di zaman rezim otoriter Orde Baru sangat berbeda dengan situasi politik saat ini.
Hasil pilpres
Dia menambahkan, jangan sampai demonstrasi mahasiswa yang mulia, kemudian ditunggangi kelompok yang masih mempersoalkan hasil Pilpres yang baru saja usai.
Bahkan lebih bahaya lagi adalah sebagaimana apa yang publik suarakan di media sosial bahwa, jangan sampai mahasiswa yang berdemonstrasi adalah pemilih yang dalam Pilpres silam mendukung calon yang kalah.
Artikel ini ditulis oleh: