(doc aktual)

Semarang, Aktual.com – Puluhan alumni SMA Semesta Bilingual Boarding School terus melakukan mobilisasi massa sebagai upaya membebaskan Handika Lintang Saputra, yang menjadi tawanan atas tuduhan kudeta Fetullah Gulen oleh pemerintah Turki.

“Kita menggelar pertemuan untuk membahas pembebasan salah satu alumniya, Handika Lintang Saputra, yang menjadi tawanan Pemerintah Turki, atas tuduhan terlibat kudeta besutan Fetullah Gulen. Mereka mendiskusikan sejumlah langkah pembebasan lintang, salah satunya dengan menyewa pengacara disana,” ujar anggota perkumpulan alumni, Husen abdillah, di temui di SMA Boarding, Minggu (14/8).

Dirinya meminta agar pemerintah Turki mau membuka mata, terkait kasus yang menjerat alumni SMA Semesta tersebut. Ia mengimbau bagi siapapun yang memiliki koneksi dengan pemerintah Turki agar turut membantu pembebasan Handika Lintang.

“Kita akan terus mendesak. Masalah Handika sudah kita sampaikan ke pihak sekolah. Dari alumni kita ingin akses ke pemerintah, kepada yang punya koneksi ke pemerintahan untuk mempercepat pemulangan si Handika,” jelas dia.

Menurutnya, Handika bukan orang yang termasuk dalam kelompok Fetullah Gulen. Lintang, lanjut Husen, saat ini menjadi korban dari pergolakan di Turki.

“Kami merasa dia hanya sebagai korban saja. Dia memang anak yang sholeh, artinya tidak ada sama sekali jaringan teroris ataupun yang dituduhkan ke dia,” ujarnya.

“Aksi kita terbatas disana (Turki). Yang kita bisa lakukan sekarang hanya bisa melobi pemerintah saja. Karena anaknya belum jelas juga,” tambah dia.

Diketahui, Handika Lintang Saputra merupakan mahasiswa yang mendapat beasiswa belajar S1 di Turki. Ia ditahan aparat keamanan Turki saat kudeta meletus dengan dugaan melindungi para pemberontak. Padahal, Lintang hanya bertindak sebagai kepala asrama, yang bertanggung jawab atas rumah kediaman bersama teman-temannya itu.

Perkumpulan Alumni SMA Bilingual Semesta Semarang (OASE), sepakat membela Handika Lintang Saputra yang ditahan di Turki atas tuduhan mendukung kudeta yang dipimpin Fethullah Gulen. Anggota OASE Husen Abdillah mengatakan Handika hanyalah korban salah tangkap yang saat itu seorang diri tertidur di apartemen Kota Gaziantep.

“Dia jadi korban salah tangkap oleh polisi yang menggerebek apartemennya. Karena Handika sama sekali tidak terlibat jaringan teroris seperti yang dituduhkan Presiden Erdogan,” katanya, Minggu (14/8).

Pihak SMA Semesta saat ini masih pro aktif menelusuri informasi demi informasi untuk disampaikan kepada keluarga Handika di Wonosobo. Rekan-rekannya kini juga sudah menyewa pengacara untuk bernegosiasi dengan Turki dalam pembebasan Handika Lintang.

Handika Lintang (21) dikenal sebagai pria yang berotak encer. Ia mendapat beasiswa S1 di Universitas Gaziantep lantaran beberapa kali juara olimpiade matematika di Turki.

Furqon Latif, penghubung Alumni Semesta dengan KBRI Turki, menyebut, saat kejadian Handika saat itu jadi kepala asrama. Posisinya sedang tertidur pulas di Apartemen Gaziantep. Lalu, 10 polisi datang dan langsung menggedor pintu kamarnya dengan dalih menggerebek orang-orang Hizmet yang dianggap berseberangan dengan Pemerintah Turki.

“Karena yang dicari tidak ada maka Handika yang diambil,” tandasnya.

 

Laporan: M Dasuki

Artikel ini ditulis oleh: