Beranda Internasional Anggota DPR Sebut 850 WNI Bakal Dievakuasi dari Sudan

Anggota DPR Sebut 850 WNI Bakal Dievakuasi dari Sudan

Anggota Komisi I DPR-RI, Christina Aryani (Golkar)

Jakarta, aktual.com – Anggota Komisi I DPR-RI, Christina Aryani menyebut ada sekitar 850 orang WNI akan dievakuasi dari Sudan. Menurut Christina, keputusan tersebut dipicu pertempuran antara dua faksi militer Sudan dengan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) yang pecah sejak Sabtu (15/4) pekan lalu.

Christina pun berharap proses evakuasi terhadap Warga Negara Indonesia (WNI) di Sudan berjalan lancar dan aman. Terlebih, mayoritas WNI di Sudan adalah mahasiswa.

“Keputusan melakukan evakuasi menjadi langkah tepat untuk situasi yang terus memburuk di Sudan saat ini. Sama halnya negara lain yang mulai mengevakuasi warganya. Kami berharap WNI kita yang akan mulai keluar dari Sudan bisa selamat sampai tiba di tanah air,” ungkap Christina dalam keterangan kepada awak media di Jakarta, Senin (24/4) kemarin.

Berdasarkan komunikasi dengan Dirjen Protokoler Konsuler Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, proses evakuasi dilakukan melalui jalan darat dari Khartoum ke Pelabuhan Sudan dengan jarak sekitar 1.200 km. Selanjutnya WNI akan menyeberang menggunakan kapal menuju Jeddah, lalu diterbangkan dari Jeddah ke Jakarta.

“Proses ini tentu tidak mudah. Kita doakan semuanya berjalan lancar, tidak ada hambatan berarti khususnya dalam perjalanan menuju pelabuhan Sudan,” katanya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sebanyak 413 korban tewas selama pertempuran militer di Sudan. Sementara itu, menurut data pemerintah Sudan, sebanyak 413 korban tewas dan 3.551 orang terluka.

Badan khusus PBB yang mengurusi anak-anak (UNICEF) pun mencatat sedikitnya sembilan anak dilaporkan tewas dalam pertempuran di Sudan. Lebih dari 50 anak mengalami luka parah. PBB bahkan mengklaim sebanyak 11 serangan terhadap fasilitas Kesehatan terjadi sejak 15 April 2023.

“Menurut Kementerian Kesehatan di Sudan, jumlah fasilitas kesehatan yang berhenti beroperasi sebanyak 20. Dan masih menurut angka Kementerian Kesehatan, jumlah fasilitas kesehatan yang berisiko berhenti adalah 12,” kata Juru Bicara WHO Margaret Harris.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Megel Jekson