عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْمٍ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِي رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ للهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلِأَئِمَّةِ المُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim)
Keutamaan Perawi
Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Dari meriwayatkan 13 hadits.
Sahabat Tamim ra. pernah membeli baju seharga 1000 dinar (sekitar 50an juta rupiah) yang khusus hanya digunakan untuk qiyamul lail. Beliau mengkhatamkan Al Qur’an setiap malam, terkadang juga mengulang satu ayat yang sama sampai datang waktu subuh.
Dikisahkan pada masa awal hijriah, Rasulullah SAW. membangun masjid Nabawi yang masih sederhana. Dindingnya terbuat dari kayu kurma dan batu bata, tanpa pintu dan tidak ada penerangan. Jika malam datang, para sahabat membakar jerami untuk menerangi selama sholat isya. Sampai di tahun ke 9 hijriah, sahabat Tamim ra yang dulunya Nasrani masuk Islam. Kemudian ia menggantungkan lampu-lampu dari minyak zaitun saat matahari mulai terbenam. Kemudian Rasulullah SAW berdoa untuk Tamim ra, “Kau telah menyinari Islam. Mudah-mudahan Allah menyinarimu di dunia dan akhirat,”.
Sahabat Tamim ra juga yang mengusulkan pembuatan mimbar masjid karena jamaah semakin banyak, sehingga shaf belakang tidak dapat melihat Rasulullah SAW.
– Tamim ra. juga dikenal merupakan sahabat yang pernah bertemu jasasah (mata-mata al-masih dajjal) saat melaut bersama 30 orang lainnya. Dalam perjalanan itu beliau Sahabat Tamim ra bertemu dengan Jasasah dan bertemu dengan Al Masih Dajjal dan mereka dialog soal akhir zaman. Beliau masuk islam salah satunya setelah bertemu dajjal ini. Karena al Masih Dajjal menyebut berita tentang hadirnya Nabi Akhir Zaman yakni Rasulullah saw. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa dajjal tidak bisa masuk ke makkah dan Madinah (Thayyibah) , Rasulullah saw. mendefinisikan Thayibah dengan Madinah.
Faedah, Tanbih dan Hikmah Hadits
Hadits ini termasuk jawami’ul kalim, yaitu berisi penjelasan, yang kalimatnya ringkas namun padat makna. Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud jawami’ul kalim adalah Al Qur’an, pendapat lain mengatakan hadits yang pendek namun penuh makna seperti dalam hadits ini. Dan hadits ini juga menunjukkan bagusnya pengajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menyampaikan sesuatu secara umum (global) terlebih dahulu, lalu menyebutkan rinciannya.
Nasihat
Nasihat menurut istilah adalah sebuah kata yang mengungkapkan suatu bentuk keinginan kebaikan kepada objek yang diberi nasihat. Oleh karena itu nasihat sangat berkaitan erat dengan keimanan dan ketulusan.
1. Nasihat bagi Allah.
Maksudnya bukan nasihat kepada Allah, tapi kita beriman dan ikhlas lillahi Taala hanya kepada Allah. Memurnikan ibadah dan tauhid kita kepada Allah SWT.
2. Nasihat bagi kitab-Nya.
Dengan membacanya, memahaminya dan mengamalkannya. Mengimani secara keseluruhan, bukan menerima atau menolak sebagian dari Al Quran.
3. Nasihat bagi rasul-Nya.
Islam, agama kita adalah agama ittiba’, ikut cara Rasulullah SAW. Bukan ibtida’ atau mengada-adakan hal baru. Tapi ingat, kita juga harus ikut akhlak Rasulullah SAW. Maka selain membaca satu hadits Arbain Nawawi setiap pagi seperti yang kita lakukan ini. Dianjurkan juga untuk membaca Sirah dan Syamaail Nabawiyah agar merasakan energi perjuangan Rasulullah SAW dan suri tauladannya.
4. Nasihat untuk pemimpin.
Mengenai kewajiban mentaati pemimpin, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ ، فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
“Seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam perkara yang dia sukai atau benci selama tidak diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban mendengar dan taat.” (HR. Bukhari no. 7144)
Yang perlu menjadi catatan adalah kita wajib taat kepada pemimpin, selama tidak dalam kemaksiatan. Jika pemimpin kita salah, alangkah baiknya jika nasihat yang kita berikan tetap dengan cara yang santun lagi lemah lembut. Seperti yang dicontohkan Nabiyullah Musa as. dan Nabiyullah Harun as. saat berdakwah kepada Fir’aun yang jelas kekafirannya, pun tetap dilakukan dengan qaulan layyinan (perkataan yang lembut) . Tidak dengan berteriak atau menyebar hoax sana sini, naudzubillah. Pemimpin tetaplah manusia yang butuh dijaga martabat dan kehormatannya.
Kita tidak lebih baik dari Nabi Musa as dan orang yang akan kita nasihati tidak lebih jahat dari Fir’aun, tapi Allah di dalam Al Quran tetap memerintahkan Nabi Musa as. dan Nabi Harun as. Untuk berbicara dengan lemah lembut kepada Fir’aun:
اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ، فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut. (QS. Thaha 43-44)
Namun ingat bahwa kita juga tidak boleh membenarkan kebohongan dan mendukung kezaliman mereka.
5. Nasihat kepada seluruh kaum muslimin.
Di sebutkan dalam sebuah hadits:
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ،
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain.”
Jadi nasihat kita kepada sesama muslim harus dilandasi kasih sayang dan untuk menjaga kehormatan dan hak saudara kita umat muslimin.
Dikisahkan bahwa seorang sholeh di zaman tabiin, Yunus bin Ubbay ra. adalah seorang pedagang emas di Madinah, beliau berdagang meniru Rasulullah yaitu hanya mengambil sedikit keuntungan dan transparan. Suatu ketika ia sholat dan menitipkan toko kepada keponakannya. Setiap emas sudah ditulis harga jual. Kemudian ada seseorang yang membeli emas, harga jual seharusnya 200 namun keponakannya menjual 400. Setelah Yunus bin Ubbay ra, keponakannya bercerita dengan bahagia karena mendapat banyak untung, namun berbeda dengan Yunus ra, beliau berlari mengejar pembeli tersebut bermaksud untuk mengembalikan uang yang kelebihan. Namun ternyata pembeli sudah ridha, karena di tempat lain, emas tersebut berharga 500 dinar. Yunus ra tetap memaksa mengembalikan meski pembeli ridha, karena ia tidak ingin mengambil hak saudaranya sesama muslim.
Seperti kisah Yunus bin Ubbay ra. tadi,
Muhammad bin Muntadir ra, pernah mencari dan mengembalikan kelebihan uang sebesar 5 Dinar kepada suku Badui. Saat ditanya siapa nama yang mengembalikan tersebut, suku Badui terkaget karena ternyata orang kampungnya selalu mengawali dengan bertawasul kepadanya sebelum sholat hajat.
Nasihat kepada sesama khususnya umat muslimin pun harus dengan qaulan layyina dan berlandaskan ketaatan, bukan nafsu. Iman adalah segala sesuatu, baik memberi atau tidak, baik cinta atau benci, semuanya karena Allah.
Ini sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ الْحُبُّ فِي اللهِ وَالْبُغْضُ فِي اللهِ
Artinya: “Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR At-Tirmidzi).
Dalam riwayat lain disebutkan:
مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ اْلإِيْمَانَ
Artinya: “Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah dan tidak memberi pun karena Allah, maka sungguh telah sempurna imannya.” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
Dua cucu Rasulullah saw, Sayyidina Hasan ra dan Sayyidina Husein ra. telah memberi kita contoh bagaimana nasihat tidak hanya dengan lisan, namun dengan ahwal. Suatu ketika mereka pernah melihat wudhu seorang laki-laki tua yang kurang tertib dan benar. Bermaksud ingin menasihati tanpa menyinggung orang tua tersebut, Hasan ra. dan Husein ra. Mendekatinya dan meminta saran kepada laki-laki tersebut. “Pak tua, kami masih belajar berwudhu, tolong nilai diantara saya dan adik saya, mana wudhunya yang paling baik”. Setelahnya laki-laki tua tersebut menyaksikan Hasan dan Husain ra. Berwudhu pun beliau berkata “Subhanallah, ternyata wudhu saya adalah wudhu yang paling buruk diantara kalian.” lihatlah bagaimana Hasan dan Husain ra. Memberikan nasihat kepada yang lebih tua tanpa menjatuhkan martabat orang tua tersebut.
Di akhir kajian Kyai Nafis menjawab salah satu pertanyaan akhwat tentang dzikir apa yang baiknya dibaca oleh wanita yang sedang haid agar tetap mengingat Allah dan hati tetap tenang. Kemudian beliau menjawab : Amalan saat haid yang mana seringkali saat haid, wanita emosinya naik turun dan cenderung labil adalah dengan memperbanyak shalawat. Supaya tetap bersambung dengan Rasulullah dan untuk membangun ketenangan. Jika mengikuti thariqah, amalan seperti wirid asasi harus tetap dijaga, istighfar 100x, sholawat 100x dan tahlil 100x tetap dilakukan setiap pagi dan petang dan tidak masalah meskipun sedang haid karena merupakan kalimat dzikir juga diniatkan untuk berdzikir. Selebihnya perbanyak sholawat agar hati menjadi lebih dinamis dan tenang.
Wallahu a’lam
RESUME KAJIAN DHUHA KITAB ARBAIN NAWAWI BERSAMA KH. MUHAMMAD DANIAL NAFIS Hafizhahullah
(Via zoom Cloud Meeting 06.55 – 08.15 WIB Ahad 11 Sya’ban 1441 / 5 April 2020)