Pasalnya, menurut dia, resesi itu terjadi disebabkan COVID-19 yang belum berujung, sehingga permasalahan pandemi ini perlu ditangani dengan baik.

“Tidak akan terjadi resesi, kalau COVID-19-nya tertangani,” kata Arief dalam keterangannya di Bandung, Jabar, Ahad (4/10).

Ia melanjutkan penanganan COVID-19 akan bergantung pada hasil efektivitas dari uji klinis tahap III terhadap vaksin COVID-19 yang dilakukan oleh tim Unpad.

“Apa yang dilakukan Prof Kusnandi Rusmil (Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 Unpad) sangat penting untuk ekonomi Indonesia,” katanya.

Dia juga menyebut pelonggaran kembali mobilitas masyarakat pada masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) juga berisiko, meski hal tersebut merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kembali geliat ekonomi.

Pelonggaran mobilitas masyarakat, menurut Arief, akan memicu klaster COVID baru apabila tidak diimbangi dengan ketegasan dalam memberlakukan protokol kesehatan yang ketat. Alhasil, peningkatan kasus akan berdampak pada kembali melemahnya pertumbuhan ekonomi.

Selain penanganan pandemi, Arief juga merekomendasikan pemerintah terus mengoptimalkan stimulus ekonomi dengan fokus ke perlindungan sosial.

Ia mengatakan kini banyak kajian yang menyatakan batuan sosial yang diberikan pemerintah selama pandemi lebih efektif menstimulus ekonomi.

“Jadi, orang akan banyak berbelanja, karena kebutuhan,” katanya. (Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: As'ad Syamsul Abidin