Seorang karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/4). Perdagangan IHSG pada akhir pekan ditutup naik 11,65 poin atau 0,24 persen menjadi 4.914,73. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww/16.

Jakarta, Aktual.com — PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyarankan agar semua orang mau berinvestasi di pasar modal di saat laju inflasi saat ini cukup tinggi.  Pasalnya, jika tak dibarengi dengan investasi di saat angka inflasi yang tinggi, maka aset-aset yang dimiliki itu akan tergerus oleh inflasi.

Menurut Direktur BEI, Nicky Hogan, selama 10 tahun ini laju inflasi rata-rata mencapai 5,6 persen per tahun. Jika tak diimbangi dengan investasi, maka tanpa disadari lagi asetnya akan menyusut.

“Yang akan terjadi, kita akan dimiskinkan akibat inflasi tersebut, makanya sebaiknya dijaga dengan investasi,” tutur dia di acara peluncuran pilot project Galeri Investasi Mobile di Kantor Camat Jagakarsa, Jakarta Selatan, Selasa (17/5).

Sejauh ini, tren Indeks Harga Konsumen (IHK) tersebut memang terus naik. Untuk itu, agar tidak terjadi penyusutan aset, memang harus ada investasi, antara di pasar modal seperti saham atau reksa dana.

“Apalagi selama sepuluh tahun terakhir, return dari investasi di pasar modal mencapai 16,9 persen per tahun. Itu jelas lebih tinggi dari laju inflasi. Sehingga bisa menguntungkan,” tandas dia.

Bahkan, jelas dia, publik yang memiliki saham di sebuah perusahaan tercatat di BEI atau emiten bisa memperoleh dividen dari keuntungan perusahaan. Kalau perusahaannya untung akan dapat pembagian dividen. Termasuk juga jika kinerjanya bagus, harga sahamnya akan terus naik.

“Makanya saya sebut, kalau mau sukses harus punya perusahaan. Caranya, bisa membeli sahamnya dengan investasi di pasar modal,” jelas dia.

Tapi selama ini, banyak pihak yang lebih tertarik menyimpan dananya di tabungan. Padahal, tabungan itu tidak mampu melindungi aset dari ancaman inflasi.

Dia mencontohkan salah satu saham sektor consumer goods. Saham itu yang sudah listing di BEI selama 24 tahun telah mengalami kenaikan nilai sahamnya sebanyak 2.200 kali. “Itu jenis saham yang blue chips dan likuid,” jelasnya.

Namun demikian, Nick juga mengingatkan agar tetap memperhatikan risikonya. Untuk itu, terlebih dahulu dibutuhkan pengetahuan sebelum berinvestasi di saham.

“Sejauh ini investasi di BEI tetap dijamin oleh Lembaga Kliring. Sehingga kalau ada kerugian dari penipuan perusahaan efek yang nakal akan dijamin. Tapi jika kerugian itu akibat kesalahan investasi itu tidak dijamin,” tutur dia.

Untuk itu, yang mau bervestasi di pasar modal jangan sampai ada jiwa spekulan dan jangan berinvestasi jangka pendek. “Jadi tidak valid kalau dilihat harga harian. Karena jangan beli saat ini, dijual minggu depan atau bulan depan. Itu namanya berdarah S atau spekulator,” tegas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka