Jakarta, Aktual.com – Sekretaris Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Sulawesi Barat, Muhammad Jufri menyebut pembekuan yang dilakukan Menpora Imam Nahrawi terhadap organisasi sepak bola tertinggi Indonesia, PSSI itu telah mematikan mata pencaharian pesepakbolaan Tanah Air.

“Kasihan dan miris sekali. Akibat SK Pembekuan PSSI oleh Menpora, kompetisi tidak bisa jalan. Pemain kehilangan penghasilan,” ujarnya seperti dilansir tim media PSSI di Jakarta, Jumat (3/7).

Kondisi keuangan para pemain, katanya, kini semakin memprihantinkan, karena menjelang Idul Fitri harga-harga kebutuhan naik, belum lagi dengan musim kenaikan kelas dan ujian sekolah yang tentunya memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Kesulitan mencukupi kebutuhan hidup itu, kata Jufri, telah membuat para pemain rela bermain di turnamen kampung (tarkam) dan bertanding di sembarang tempat.

“Ini semua akibat ketidakpastian keputusan Menpora pascapembekuan PSSI,” katanya.

Ia berharap Menpora Imam Nahrawi segera mencabut SK pembekuan PSSI tersebut agar kondisi persepakbolaan nasional kembali normal.

“Sebenarnya simpel, agar semua menjadi kembali normal, yaitu segera mencabut pembekuan PSSI,” kata Jufri.

Keluhan serupa juga disampaikan oleh Wakil Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI Sulawesi Selatan Mulyadi bahwa anak-anak muda dan gairah sekolah sepak bola di Sulsel seperti mati suri pascapembekuan PSSI.

“Sehubungan dengan sanksi FIFA, kondisi persepakbolaan Indonesia sudah seperti mati suri. Tidak ada lagi keinginan main bola terutama bagi anak yang masih junior. Kata mereka, mau latihan tapi bingung bertandingnya entah ke mana. Sepak bola kita dibuat hancur lebur oleh Menpora,” Mulyadi menjelaskan.

Artikel ini ditulis oleh: