Jakarta, Aktual.com — Sebanyak 195 personel TNI yang tergabung dalam Satgas Ambalat XX dan Satgas Puter (Pulau Terluar) XVIII, siap menjaga kawasan perbatasan Pulau Sebatik di Kalimantan Timur.

Dinas Penerangan Korps Marinir di Surabaya, Jumat (18/12), menyatakan ke-195 personel itu bertugas selama sembilan bulan.

Mereka telah dilepas Wakil Komandan Pasmar 1 Kolonel Mar Bambang Sutrisno dalam Gelar Kesiapan Pasukan Satgas Ambalat XX dan Pengamanan Pulau Terluar XVIII Tahun 2015, di Bumi Marinir Gedangan, Sidoarjo, Kamis (17/12).

Ada 130 personel yang akan ditempatkan di Ambalat, dan 45 orang di Puter. Di Ambalat mereka ditempatkan di beberapa pos, seperti poskotis Sie Bajo, Sie Taiwan, Balensiku, Tembaring, Bambangan, dan Sie Bajo, sedangkan di Puter, yakni Bras, Dana Rote, dan Batek.

“Selama dinas waspadai penjualan manusia, wanita, perbudakan, pencurian hasil laut, kayu, narkoba, pembajakan, perampokan, dan ISIS. Pulau terluar bisa menjadi masuk dan keluar, termasuk masuknya pelarian dari luar negeri,” tegas Wakil Komandan Pasmar 1 Kolonel Mar Bambang Sutrisno.

Menurut dia, penugasan kepada prajurit Pasmar-1 Korps Marinir adalah suatu kepercayaan pimpinan, lanjut dia, sedangkan kepercayaan adalah suatu kehormatan sekaligus merupakan kebanggaan. Oleh karena itu, tugas yang diemban harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggung jawab.

“Jauhi perselisihan dengan masyarakat, selain itu juga bisa menjadi bagian dari masyarakat dan mencari nilai-nilai kearifan budaya lokal sehingga kehadiran Satgasmar Ambalat XX dan Pulau Terluar XVIII bisa diterima masyarakat, dan jalin kerja sama dengan satuan tugas yang lain, seperti Polri, TNI, dan masyarakat,” katanya.

Sementara itu, Komandan Satgasmar Ambalat XX Kapten Marinir Deny Aprianto mengatakan bahwa sebelum berangkat ke daerah penugasan, Satgasmar Ambalat XX dan Pulau Terluar XVIII telah menerima pembekalan.

“Pembekalan itu meliputi kondisi geografi dan demografi, pengetahuan keimigrasian, pengetahuan hukum HAM dan humaniter, pengetahuan hukum laut internasional, situasi keamanan saat ini di daerah perbatasan dan pengetahuan agama, adat istiadat serta bahasa yang dipakai masyarakat pulau Sebatik,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: