Jakarta, Aktual.com — Tidak ada manusia yang sempurna dalam segala hal, selalu saja ada kekurangan. Boleh jadi ada yang indah dalam rupa, tapi ada kekurangan dalam gaya bicara, bagus dalam penguasaan ilmu, tapi tidak mampu menguasai emosi dan mudah tersinngung, kuat di satu sisi, tapi lemah di sudut yang lain.
Dari situlah kita harus cermat mengukur timbangan penilaian terhadap seseorang, apa kekurangan dan kesalahannya dan mengapa bisa begitu, serta seterusnya. Seperti apapun orang yang sedang kita nilai, keadilan tidak boleh dilupakan. Walaupun terhadap orang yang tidak disukai, yakinlah kalau dibalik keburukan sifat seorang Mukmin, pasti ada kebaikan di sisi yang lain.
Akan tetapi walaupun kita boleh mengukur akan sifat seseorang kita tidak boleh mengungkapkan atau membicarakan sifat seseorang tersebut karena hal itu bisa menjadi sebuah ‘aib’-nya sendiri. Ada sebuah pepatah Islam mengatakan “Siapa yang membuka aib orang lain, sama dengan memakan bangkai”.
Alangkah baiknya dari pada membicarakan aib atau privasi orang lain lebih baik kita memperbaiki diri kita sendiri karena ada sebuah hadis yang berbunyi “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya, dia segera memperbaikinya.”(HR. Bukhari)
Karena jika kita membicarakan aib pastinya hal tersebut sudah menjadi suatu kebiasaan antara satu orang dengan orang yang lainnya saling membicarakan aib orang lain. Apakah ini dibolehkan atau apakah ini hal yang wajar di dalam Islam.
“Pada dasarnya diharamkan bagi seorang Muslim mengungkapkan ‘aib’ saudaranya karena ini termasuk ke dalam perbuatan ‘ghibah’, yaitu mengungkapkan aib saudaranya sesama Muslim pada saat orang itu tidak ada dihadapannya dan saudaranya itu tidak menyukainya jika berita tersebut sampai kepadanya tanpa adanya suatu keperluan. Oleh karena itu para Ulama mengharamkan ghibah ini jika dilakukan tanpa adanya suatu kepentingan bahkah termasuk ke dalam kategori dosa besar,” ujar Ustad Muhamad Ikrom kepada Aktual.com, pada Kamis (14/4), di Jakarta.
Allah SWT telah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka ‘memakan daging’ saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(Al-Hujurat : 12)
“Sampai sini masihkah kita membicarakan aib atau privasi orang lain?. Ketahuilah jika kita ingin menjaga aib kita maka kita pun harus menjaga aib orang lain pula, tentunya kita tidak ingin jika ada seseorang membicarakan aib kita bukan oelh karena itu jangan lah membicarakan aib orang lain. Karena sesungguhnya Allah SWT akan menjaga aib seseorang apabila orang tersebut menjaga aib orang lain,” katanya lagi.
وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Artinya, “Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. At Tirmidzi)
“Yang harus kita ingat agar kita tidak membicarakan aib orang lain adalah mungkin saja ini ujian yang Allah SWT berikan kepada orang itu sehingga Allah SWT tampakan kesalahan dan aib orang tersebut agar bisa menjadi ujian juga bagi kita dengan harapan kita dapat mengambil pelajaran dari apa yang tampak dari aib itu. Dengan demikian kita semestinya menutup aib tersebut sehingga Allah SWT akan memberi jaminan bahwa aib kita akan ditutup pula baik di dunia maupun di akhirat,” ungkapnya lagi.
“Seandainya dosa itu dapat mengeluarkan bau busuk dan kita dapat mencium bau busuk tersebut, mungkin saja kita ini lebih busuk baunya dibandingkan orang yang tampak aibnya itu. Tetapi karena Allah SWT telah menutup aib kita, Allah SWT telah menutup aib umat Nabi Muhammad SAW, maka apa yang kita rahasiakan ditutup oleh Allah SWT. Allah SWT masih mengharapkan taubat kita. Oleh karena itu, jika kita melihat aib yang ada pada diri orang lain, jangan sampai kita merendahkan dan menyebarkan aib itu. Sebab, kalau kita melakukannya maka Allah SWT akan membuka aib kita di dunia dan di akhirat,” ujar ia menutup pembicaraan.