Badak Sumatra (Dicerorhinus sumatrensis) berjenis kelamin betina berada di dalam kandang sementara di Kutai Barat, Kalimantan Timur, Senin (21/3). Badak betina tersebut ditemukan tim WWF- Indonesia, Satgas Penyelamatan Badak beserta masyarakat di hutan Kutai Barat, Kaltim, pada Sabtu 12 Maret 2016. Untuk sementara satwa langka itu ditempatkan dalam boma (kandang sementara) guna mendapat perawatan sebelum dipindahkan ke tempat yang baru di hutan lindung Kelian, Kecamatan Bigung, Kutai Barat. ANTARA FOTO/Sugeng Hendratno/pras/kye/16.

Jakarta, Aktual.com – “World Wildlife Fund for Nature-Indonesia” (WWF-Indonesia) organisasi internasional terkait konservasi lingkungan dan hewan telah mengeluarkan data bahwa spesies badak Sumatera sedang mengalami krisis populasi.

Menurut data yang diterima di Jakarta, Kamis (22/9), badak Sumatera diperkirakan hanya tersisa kurang dari 100 individu berdasarkan kesimpulan para ahli dalam pertemuan PHVA (Population and Habitat Viability Assessment), dan selalu menurun setiap tahun.

Kondisi Badak Sumatera (Dicerorinus sumatranus) tidak sebaik saudaranya yang hidup di Jawa. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) nasibnya lebih baik, walaupun saat ini juga dihadapi masalah dengan terbatasnya luasan habitat yang mampu mengakomodir pertumbuhan populasinya.

Masalah lain yang dihadapi adalah pertumbuhan Langkap (Arenga obsitulia) yang sangat cepat sehingga menahan laju tumbuhnya pakan Badak Jawa di satu-satunya habitat mereka di Ujung Kulon. Berdasarkan data terakhir yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah Badak Jawa di habitat terakhirnya di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) sebanyak 63 individu.

Program Koordinator Proyek Ujung Kulon WWF-Indonesia Yuyun Kurniawan mengatakan, untuk menyelamatkan Badak Sumatera yang semakin kritis, perlu adanya pendekatan konservasi berbasis spesies seperti yang dilakukan pada Badak Jawa.

Meskipun diperkirakan jumlah populasi Badak Sumatera relatif lebih besar dari populasi Badak Jawa, tetapi keberadaannya tersebar dalam sub-sub populasi yang kecil.

Dengan demikian, peluang pertumbuhan populasi Badak Sumatera relatif lebih rendah dibandingkan dengan Badak Jawa. Jika tidak dilakukan upaya-upaya proaktif untuk mengkonsolidasikan sub-sub populasi yang kecil tersebut, maka ancaman kepunahan lokal Badak Sumatera besar kemungkinan terjadi.

Jumlah populasi Badak Jawa pada tahun 1970 hanya ada 47 individu berdasar data WWF, kemudian naik menjadi 51 individu pada tahun 1981. Pada tahun 2014 dketahui jumlahnya 57 individu, dan tahun ini total 63 individu. Peningkatan jumlah individu ini membuktikan bahwa upaya konservasi berbasis spesies perlu dilakukan juga untuk meningkatkan populasi Badak Sumatera.

Upaya konservasi Badak Sumatera di Indonesia harus dilakukan dengan mengedepankan inovasi baru yaitu mendorong program pembiakan semi alami yang lebih aktif. Kondisi populasi di alam sudah sangat kritis oleh karenanya, perlindungan habitat saja tidak cukup untuk menyelamatkan Badak Sumatera,” katanya.

(Ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby