Bukan dengan menutup diri, akan tetapi kita fahami dan mengenalnya sehingga bisa menasehati diri kita sendiri dan orang lain agar selamat darinya. Baginda Nabi bersabda:
“تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا فَأَىُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ وَأَىُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا فَلاَ تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ وَالآخَرُ أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لاَ يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلاَ يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلاَّ مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ”
Artinya: “Fitnah itu menyerang hati seperti tikar yang tersusun satu persatu (terus menerus secara berurutan), maka mana-mana hati yang termasuki fitnah akan bernodakan titik hitam, dan hati yang mengingkari fitnah ini maka tetaplah bersih, sehingga ada dua macam hati. Yang pertama putih seperti batu yang mulus tidak terkena fitnah selama langit dan bumi ini masih ada (selama-lamanya), sedangkan hati yang lain berwarna hitam abu abu seperti wadah yang miring (sehingga tidak mampu menampung), tidak melakukan kebaikan serta tidak mengingkari kemungkaran kecuali apa yang sesuai dengan hawa nafsunya ”(HR. Muslim). Wallahu A’lam.
Bersambung…
Laporan: Abdullah Alyusriy
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid