Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani dalam acara pembacaan kitab amin al-I'lam bi anna attasawwuf min syariat al-islam karangan syekh Abdullah Siddiq al-Ghumari di Majelis Zawiyah Arraudah, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1/2017). AKTUAL/Tino Oktaviano
Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani dalam acara pembacaan kitab amin al-I'lam bi anna attasawwuf min syariat al-islam karangan syekh Abdullah Siddiq al-Ghumari di Majelis Zawiyah Arraudah, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1/2017). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Syekh Yusri hafidzahullah wa ro’ah menjelaskan pada pengajian maulidnya, bahwa baginda Nabi SAW memiliki hak mutlak dalam menentukan sebuah hukum pada masalah tertentu.

Atau yang disebutkan oleh ulama tashawwuf dengan sebutan ahlu at tashrif fi al ahkam. Diantaranya adalah baginda Nabi memperbolehkan memotong tumbuhan idzkhir (tumbuhan yang baunya wangi) di tanah haram, sebagaimana Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab Shahihnya:

“حَرَامٌ لاَ يُخْتَلَى شَوْكُهَا وَلاَ يُعْضَدُ شَجَرُهَا”

Artinya: “Tanah haram, tidak boleh dipotong tumbuhan dan pepohonannya”(HR. Bukhari).

Pada lanjutan hadits ini dikatakan:

“فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ إِلاَّ الإِذْخِرَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنَّا نَجْعَلُهُ فِى بُيُوتِنَا وَقُبُورِنَا فَقَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم إِلاَّ الإِذْخِرَ إِلاَّ الإِذْخِرَ”

Artinya: “Kemudian berkatalah seorang dari bangsa quraisy “kecuali tumbuhan idzkhir ya Rasulallah, karena kami manfaatkan (sebagai pewangi ) dalam rumah dan kuburan”, kemudian Nabi berkata “ kecuali idzkhir, kecuali idzkhir “(HR. Bukhari).

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid