Baginda Nabi telah mengecualikan salah satu jenis tumbuhan dari semua yang ada di tanah haram, setelah dipinta oleh salah satu dari sahabatnya, yaitu ‘Abbas bin Abdul Muthalib RA paman Nabi.

Baginda Nabi SAW telah mengharamkan laki-laki dari umatnya untuk memakai kain sutra, dan halal bagi perempuan. Baginda Nabi telah bersabda:

“لاَ تَلْبَسُوا الْحَرِيرَ وَلاَ الدِّيبَاجَ”

Artinya: “Janganlah kalian (wahai para lelaki ) memakai kain sutra dan dibaj (salah satu jenis sutra yang kasar ). Akan tetapi, baginda memperbolehkannya kepada Abdurrahman bin Auf dan Zubair bin Awwam, sebagaimana imam Bukhari meriwayatkan:

“رَخَّصَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَوْ رُخِّصَ لِلزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ وَعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ فِى لُبْسِ الْحَرِيرِ لِحِكَّةٍ كَانَتْ بِهِمَا”

Artinya: “Rasulullah telah membolehkan atau telah diperbolehkan bagi Zubair bin Awwam dan Abdurrahman bin Auf untuk memakai kain sutera karena penyakit gatal yang menimpanya “(HR. Bukhari).

Sebagian ulama mengatakan bahwa hukum ini adalah khusus untuk mereka berdua, tidak untuk umat Nabi yang setelahnya.

Sebagaimana baginda Nabi memperbolehkan sayiduna Ali RA untuk melawati masjid dalam keadaan junub. Imam Ahmad telah meriwayatkan dalam musnadnya:

“قَالَ وَسَدَّ أَبْوَابَ الْمَسْجِدِ غَيْرَ بَابِ عَلِىٍّ فَقَالَ فَيَدْخُلُ الْمَسْجِدَ جُنُبًا وَهُوَ طَرِيقُهُ لَيْسَ لَهُ طَرِيقٌ غَيْرُهُ ”

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid