Jakarta, Aktual.com – Anak usaha PT Barito Pacific Tbk, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) perusahaan yang bergerak di bidang industri petrokimia siap membangun pabrik Polyethylene baru berskala dunia dengan kapasitas sebesar 400 kilo ton per tahun (KTA).

Untuk itu, pihaknya siap bekerjasama dengan Univation Technologies, LLC, yang berlokasi di Amerika Serikat dalam pembangunan pabrik Polyethylene (PE).

Menurut Direktur PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, Suryandi, ‎perseroan telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan Univation Technologies untuk memakai UNIPOLTM PE Process dalam membangun pabrik Polyethylene baru itu.

“Perjanjian tersebut meliputi paket desain proses, termasuk lisensi, untuk memproduksi Linear Low Density Polyethylene (LLDPE), High Density Polyethylene (HDPE) dan Metallocene LLDPE (MLLDPE),” kata Suryandi kemarin, Kamis (15/9).

Kata dia, pabrik ini akan dibangun di komplek Naphtha Cracker Perseroan yang terintegrasi di Cilegon, Banten.

“Untuk investasinya, akan diputuskan pada petengahan 2017 dan saat ini perseroan sedang melakukan process design package (PDP),” ujarnya.

Suryandi mengungkapkan, saat ini perseroan mengoperasikan pabrik Polyethylene di Cilegon dengan kapasitas total sebesar 336 KTA, dimana salah satu train produksi berkapasitas 200 KTA menggunakan teknologi UNIPOL PE berlisensi Univation Technologies untuk menghasilkan resin LLDPE dan HDPE.

“Aplikasi produk dari LLDPE dan HDPE diantaranya sebagai blown film, karung beras, mainan, tutup botol, kantong belanja, perkakas rumah tangga, tali tambang, terpal, pipa, kotak kontainer dan sebagainya,” tegas dia.

Lebih lanjut dirinya mngungkapkan, pembangunan pabrik baru nantinya diharapkan memberi nilai tambah atas kelebihan atau surplus produksi Ethylene yang kini hanya dialokasikan kepada pelanggan retail.

“Pabrik baru akan meningkatkan sumber pasokan domestik produk Polyethylene yang tidak mencukupi permintaan pasar PE Indonesia, diperkirakan mencapai 1,4 juta TPA, dan terus berkembang seiring dengan PDB Indonesia,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid