Gubernur BI, Perry Warjiyo
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil Rapat Dewan Gubernur tambahan di kantor pusat BI, Jakarta, Rabu (30/5). Bank Indonesia memutuskan kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-days repo rate 25 basis poin menjadi 4,75 persen untuk mengantisipasi risiko eksternal terutama kenaikan suku bunga acuan kedua The Fed pada 13 Juni mendatang. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww/18.

Jakarta, Aktual.com – Bank Indonesia (BI) menyakini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang saat ini masih undervalued akan terus bergerak menguat hingga menuju tingkat fundamental yang baru.

“Hari ini rupiah stabil pada kisaran Rp14.700 per dolar AS, itu menyakinkan kami, bahwa nilai tukar akan terus mengalami penguatan menuju tingkat fundamental,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Kamis (28/5).

Perry optimistis penguatan rupiah akan terus berlanjut karena tingkat inflasi saat ini sangat rendah dan terjaga pada sasaran inflasi tiga persen plus minus satu persen.

Selain itu, pengaruh masuknya aliran modal asing ke portfolio, seperti Surat Berharga Negara (SBN), yang dapat menekan defisit neraca transaksi berjalan, juga membantu terjadinya apresiasi rupiah.

“Imbal hasil SBN yang menarik juga akan mendukung stabilitas kurs ke arah fundamental,” kata Perry.

Ia juga memastikan faktor premi risiko yang sempat timbul akibat ketidakpastian di pasar keuangan global sudah tidak lagi menghambat penguatan nilai tukar.

Sebelumnya, kepanikan di pasar finansial dunia dari awal menyebarnya COVID-19 pada pertengahan Maret 2020 telah melahirkan persepsi risiko dan gejolak mata uang di negara berkembang.

“Sekarang premi risiko yang diukur dengan CDS telah menurun, maka pergerakan nilai tukar akan terus didorong menuju faktor fundamental,” ujarnya.

Oleh karena itu, menurut dia, bisa saja penguatan rupiah akan terus terjadi hingga menuju level sebelum terjadinya COVID-19 yaitu di bawah Rp14.000 per dolar AS.

“Rupiah masih undervalued, kenapa? karena sebelum COVID-19 pernah di bawah Rp14.000, atau Rp13.600, itu sekarang mengarah ke sana,” katanya.