Jakarta, Aktual.com — Ja’far Sodiq merupakan nama asli Sunan Kudus. Ia dilahirkan di daerah Jipang Ponolan yang bertempat di sebelah Utara kota Blora. Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji merupakan ayah dari Sunan Kudus.

Sunan Ngudung terkenal sebagai seorang Panglima perang yang tangguh namun suatu hari ia tewas dalam peperangan antara Demak dan Majapahit.

Setelah kepergian sang ayah, Sunan Kudus menggantikan posisi ayahnya sebagai Senopati dan memiliki tugas utama yaitu menaklukkan wilayah Kerajaan Majapahit untuk memperluas kekuasaan Demak.

Ja’far Sodiq alias Sunan Kudus menimba ilmu dari sang Ayah, selain itu beliau juga sempat berguru kepada Sunan Ampel dan Kiai Telingsing. Oleh karena itu, Sunan Kudus tidak merasa asing ketika bertanggung jawab sebagai senopati karena telah memperoleh banyak ilmu dari para gurunya.

Tak hanya ilmu agama yang beliau pelajari, ilmu kemasyarakatan, politik, budaya, seni dan perdagangan juga ia kuasai.

Pada kenyataannya Sunan Kudus sebagai Senopati kerajaan Demak mampu menunjukkan kepiawainnya di medan perang. Ia berhasil mengembangkan wilayah kerajaan Demak ke arah timur hingga mencapai Madura dan arah Barat hingga Cirebon.

Kemudian suksenya Ia sehingga memunculkan kesaktiaanya seperti sebelum perang. Sunan Kudus diberikan Badong semacam rompi yang mana rompi tersebut dapat mengeluarkan jutaan tikus yang bila dipukul, tikus tersebut tidak mati bahkan semakin mengamuk yang membuat pasukan Majapahit ketakutan lari tunggang langgang.

Kesuksesannya mengalahkan Majapahit membuat posisi Sunan Kudus semakin kuat. Lalu ia meninggalkan Demak, kemudian pergi menuju Kudus. Namun kedatangannya di Kudus tidak jelas. Ketika ia menginjakkan kaki di Kudus, kota tersebut masih bernama Tajug. Konon orang yang mula-mula mengembangkan Islam sebelum kedatangan Sunan Kudus adalah Kiai Telingsing.

Awalnya Sunan Kudus hidup di tengah jemaah dalam kelompok kecil, itu pun merupakan bala tentaranya yang dibawa menuju Tajug. Lambat laun jemaahnya pun semakin banyak sehingga ia mendirikan sebuah Masjid sebagai tempat ibadah dan untuk penyebaran agama.

Tempat ibadah yang diyakini dibangun oleh Ja’far Sodiq alias Sunan Kudus adalah Menara masjid Kudus yang masih berdiri hingga sekarang.

Kota Tajug pun mendapat nama baru yaitu “Quds”, yang kemudian berubah menjadi Kudus. Gaya penyebaran agama Islam Sunan Kudus mengikuti gaya Sunan Kalijaga, yaitu menggunakan “Tutwuri Handayani”. Artinya Sunan Kudus tidak melakukan perlawanan keras, melainkan mengarahkan masyarakat secara perlahan.

Cara berdakwahnya pun mengikuti gaya Sunan Kalijaga yaitu, menoleransi budaya setempat, bahkan cara penyampaiannya lebih halus, itu sebabnya para wali menunjuk dirinya untuk berdakwah di Kota Kudus.

Pada awalnya, masyarakat yang tinggal di Kudus mayoritas menganut agama Hindu. Namun dengan cara berdakwah Sunan Kudus yang halus dalam penyampaiannya serta toleransi yang tinggi terhadap agama yang lain seperti menyembelih kerbau bukan sapi saat Idul Adha. Akhirnya berhasil menarik umat Hindu untuk memeluk Islam.

Kemudian Ia menarik simpati agama Budha untuk masuk ke dalam agama Islam dan usahanya pun berhasil, sehingga banyak agama Budha berbondong-bondong masuk ke dalam agama Islam.

Dalam hal adat istiadat, Sunan Kudus tidak langsung menentang masyarakat yang melenceng dari ajaran agama Islam secara keras. Ia juga mengajarkan bahwa meminta permohonan bukan kepada ruh, melainkan kepada Allah SWT.

Melalui caranya yang simpatik tersebut membuat para penganut agama lain mau mendengarkan ceramah Islam dari Sunan Kudus.

Adapun asal usul Kudus ketika Sunan Kudus pergi Haji dan menuntut ilmu disana, konon masyarakt arab terjangkit wabah penyakit yang membahayakan, dan Sunan Kudus berhasil meredakan wabah tersebut sehingga pejabat setempat ingin memberi hadiah kepadanya.

Namun, Sunan Kudus menolak hadiah tersebut dan hanya meminta sebuah batu yang berasal dari Baitul Maqdis atau Jerussalem. Untuk memperingati kota Ja’far Sodiq hidup dan tinggal, kemudian ia memberinya nama Kudus. Bahkan, menara yang terdapat di depan masjid pun dinamai sebagai menara Kudus.

Adapun kebiasaan menarik Sunan Kudus dalam berdakwah adalah selalu mengadakan acara bedug dandangan. Acara ini merupakan kegiatan menunggu bulan Ramadan. Ia menabuh beduk bertalu-talu untuk mengundang jemaah menuju Masjid.

Itulah cerita singkat mengenai Sunan Kudus dalam perjalanannya menyebarkan agama Islam. Kurang lebih ceritanya wallahu a’lam bishowab. (Laporan Reporter Aktual.com: M Fikry Hizbullah)

Artikel ini ditulis oleh: