Jakarta, Aktual.com — Ada sebuah kisah unik yang terkait dengan pelacuran yang sangat dilarang keras dalam ajaran agama Islam. Ustad Hasanudin memberikan sebuah pelajaran dan contoh bagi pelaku dan pelanggan di dunia hitam tersebut, tujuannya agar bertobat dan kembali ke jalan yang benar.

Diriwayatkan dari Sai`id bin Amir ia berkata. “Telah bercerita kepada kami, Abu Jafar, `Luqman Al-Habasy` adalah seorang budak milik seorang laki-laki. Suatu ketika dia dibawa ke pasar untuk dijual. Kepada seorang laki-laki yang hendak membelinya, Luqman berkata, “Apa yang akan kamu lakukan terhadap diriku (setelah kamu beli nanti) ?”

“Kamu akan kusuruh melakukan ini dan itu”, jawab calon pembeli.

“Aku mohon kepadamu agar mengurungkan niatmu untuk membeliku !” pinta Luqman. Sikap ini selalu diperlihatkan oleh Luqman kepada para calon pembelinya hingga datanglah calon pembeli lainnya.”

“Apa yang hendak kamu lakukan terhadap diriku (setelah kamu membeliku nanti) ?” kata Luqman.

“Kamu akan kuberi tugas sebagai penjaga rumahku”, jawab laki-laki calon pembelinya.

“Jika demikian, aku mau kamu beli! kata Luqman”. Laki-laki tersebut kemudian membayar dan mengajak Luqman pulang ke rumahnya. Majikan Luqman pada saat itu juga mempunyai tiga orang anak wanita yang menjadi pelacur di desa itu. Suatu saat sang majikan ingin pergi ke kebunnya. Sebelum berangkat dia berpesan kepada Luqman”,

“Aku telah menyiapkan makanan dan semua kebutuhan mereka di dalam kamarnya, sepeninggalku kuncilah pintu ini dan kamu harus berjaga di sini pula. Dan janganlah sekali-kali kamu membuka pintunya sebelum aku kembali ke rumah !” Sejenak kemudian ketiga putri majikannya datang dan berkata kepada Luqman,

“Bukalah pintu ini !” Karena telah menerima pesan dari sang majikan, dan diamanahi untuk tidak membuka pintu dan namanya amanah akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT kelak maka Luqman pun menolak untuk membukanya dan akhirnya ketiga gadis itu marah dan mencederainya. Luqman kemudian membersihkan darah yang membasahi tubuhnya dan kembali berjaga di depan pintu . Saat sang majikan pulang ia tetap merahasiakan perilaku ketiga putri sang majikan terhadapnya.

Dalam kesempatan berikutnya sang majikan kembali bermaksud pergi ke kebunnya. Sebagaimana sebelumnya dia berpesan kepada Luqman,

“Aku telah menyiapkan makanan dan semua kebutuhan mereka, oleh karena itu jangan perbolehkan mereka membuka pintu ini!” Demikianlah, setelah Ayahnya berlalu, ketiga putri majikannya itu bergegas menemui Luqman dan berkata kepadanya,

“Bukalah pintu ini!” Sementara itu Luqman masih tetap memegang amanah yang dibebankan kepadanya tetap tidak bersedia membukakanya sebagaimana pesan dari majikannya. Akan tetapi, ketiga gadis itu kembali menyerang dan melukai Luqman yang tetap duduk di tempatnya. Sang majikan telah pulang ke rumah, Luqman tidak mau menceritakan perihal perilaku ketiga putrinya.

Melihat keteguhan hati Luqman, putri tertua majikannya kemudian rasa simpatinya datang dan berkata “Mengapa budak Habasyi ini lebih mengutamakan taat kepada Allah SWT ketimbang aku ? Demi Allah, aku kan bertobat !” Dan putri sulung majikan Luqman itupun bertobat kepada Allah SWT.

Si bungsu berkata, “Mengapa budak Habasyi dan kakak sulungku lebih mengutamakan taat kepada Allah SWT ketimbang aku ? Demi Allah, aku akan bertobat” Demikianlah si bungsu akhirnya mengikuti jejak kakak sulungnya dengan bertobat kepada-Nya.”

Setelah mengetahui bahwa kakak maupun adiknya telah bertobat , kedua majikannya Luqman lalu berkata “Mengapa dua oranga saudaraku dan budak Habasyi ini lebih mengutamakan taat kepada Allah SWT ketimbang ku ? Demi aku, aku akan bertobat juga !” Akhirnya diapun bertobat.

Setelah ketiga putrinya yang berprofesi sebagai wanita penghibur itu bertobat, maka teman-teman seprofesinya di desa berkata,

“Mengapa budak Habasyi dan ketiga gadis si Fulan itu lebih mengutamakan taat kepada Allah SWT ketimbang kami ?” Hal tersebut mendorong mereka untuk bertobat sebagaimana ketiga rekannya sehingga jadilah mereka sebagai orang-orang yang ahli beribadat di desa itu.

Demikianlah bahwa hidayah datangnya bukan hanya lewat dakwah berupa ucapan tapi juga tindakan, atau amalan yang ditunjukkan oleh Luqman Al Hakiem dalam memegang teguh amanah yang sudah menjadi tugasnya. Sehingga fitrah seorang manusia untuk selalui beribadah kepada Robb-Nya menjadi terketuk tatkala melihat seorang yang mampu menjalankan ibadah itu dengan baik.

“Pesan saya untuk pemerintah, jika ingin menghapuskan PSK maka harus dimulai dari bawah. Karena percuma saja melakukan razia dimana-mana serta membongkar tempat para PSK akan tetapi setelah itu tidak ada tindak lanjut maka mustahil PSK akan terhapuskan,” tutur Ustad Hasanudin, kepada Aktual.com, Rabu (17/02), di Jakarta.

“Tangkap dan berikan pelajaran agama kepada mereka bahwa yang mereka lakukan itu sangat dilarang oleh Allah SWT dan merusak orang lain pula, lalu berikan mereka pendidikan agar mereka bisa membuka usaha lain dengan cara halal. Itu mungkin akan berfungsi,” katanya lagi.

Lalu bagaimana dengan para pekerja seks komersial (PSK) yang tetap ‘membandel’ dan kembali ke dunia hitam tersebut?

“Ketahuilah jika orang telah mengerti akan hal yang ia lakukan adalah sebuah dosa besar, akan tetapi ia kembali ke sana maka hatinya telah benar-benar ditutup oleh Allah SWT dan laknat Allah SWT akan selalu menghampirinya di dunia dan Akhirat,” terang ia menambahkan.

Ustad Hasanudin mengingatkan, bahwa Allah SWT telah berjanji akan membalas seseorang sesuai dengan perbuatannya.

Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah pernah berkata, “Jagalah kehormatan kalian, niscaya istri-istri kalian akan terjaga dari perbuatan haram, hindarilah segala yang tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim, zina adalah hutang, Jika Engkau mengambilnya hutang maka, Ketahuilah bahwa tebusannya adalah anggota keluargamu. Barangsiapa berzina, akan dizinai meskipun di dalam rumahnya. Camkanlah, jika engkau termasuk orang yang berakal.”

“Barang siapa yang berusaha mengoyak kehormatan orang lain, maka dimungkinkan ia akan melihat hal serupa menimpa pada anak perempuan atau saudara perempuannya. Barang siapa yang tidak mempedulikan larangan-larangan Allah SWT, bisa saja (berakibat) istrinya mengkhianatinya. Dan wanita mana saja yang melakukan hal itu, maka dimungkinkan ia akan melihat hal serupa menimpa pada anak perempuan atau anak keturunannya,” tandasnya. Bersambung….

Artikel ini ditulis oleh: