young Arabian family portrait outdoors

Jakarta, Aktual.com — Kelahiran seorang anak yang cacat bagaikan sebuah ‘tsunami’, gelombang hebat yang dapat meluluh-lantakkan keluarga bahagia Anda. Namun seharusnya, Anda sebagai orang tua harus selalu bersyukur kepada Allah SWT, karena itu bukti Allah SWT sayang kepada kita, karena kita diberikan ujian dalam kehidupan.

Memiliki buah hati yang terlahir sempurna dan sehat adalah dambaan setiap orangtua. Mereka akan melakukan upaya apapun untuk buah hatinya dari kecil sampai menjadi dewasa. Bahkan, orang tua akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk semua buah hatinya sejak ia masih ada dalam kandungan.

Namun terkadang ada kondisi dimana para ibu dan ayah harus menerima saat di takdirkan memiliki anak yang kurang sempurna atau cacat. Kelahiran seorang bayi dengan kondisi cacat memang tidak dapat dicegah. Allah SWT yang menentukan segalanya, Kita sebagai manusia hanya bisa berikhtiar.

Sejenak kita sebagai keluarga Muslim mencoba kembali mengingat kisah Nabi Khidir AS yang membunuh beberapa anak kecil.

Pada suatu hari Nabi Musa AS ditanya oleh kaumnya tentang siapa orang yang paling berilmu. Nabi Musa menjawab bahwa dirinyalah orang yang paling berilmu, seketika itu juga Nabi Musa ditegur oleh Allah SWT.

Sesungguhnya ada seorang hamba-Nya yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu dari pada Nabi Musa, yakni Nabi Khidir AS Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya Nabi Musa berjumpa dengan Nabi Khidir dan ingin menjadi muridnya.

“Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersamaku.Jika kamu mengikuti, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri menjelaskannya kepadamu,” kata Nabi Khidir.

Akhirnya Nabi Musa menyanggupi.

Setelah mengikuti kemana pun Nabi Khidir pergi, terjadilah beberapa peristiwa yang aneh. Kejadian pertama adalah saat Nabi Khidir menghancurkan perahu yang ditumpangi mereka bersama, nabi Musa pun bertanya tapi ditolak oleh Nabi Khidir.

Selanjutnya, setelah mereka sampai di suatu daratan, Nabi Khidir membunuh seorang anak kecil yang sedang bermain. Peritiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Nabi Khidir tersebut membuat Nabi Musa tak kuasa bertanya, namun Nabi Khidir kembali mengingatkan janji Nabi Musa.

Selanjutunya saat keduanya kelelahan dan hendak meminta bantuan kepada penduduk sekitar, namun sikap penduduk sekitar tidak bersahabat. Hal ini membuat Nabi Musa kesal, setelah dikecewakan oleh para penduduk, Nabi Khidir malah menyuruh untuk bersama-sama memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak.

Nabi Musa akhirnya terpaksa bertanya terhadap sikap Nabi Khidir. Karena pertanyaan itu, akhirnya Nabi Khidir menegaskan, ia tidak dapat menerima Nabi Musa menjadi muridnya. Selanjutnya Nabi Khidir menjelaskan mengapa ia melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa bertanya.

Kejadian Pertama

Perahu dihancurkan karena perahu itu dimiliki oleh seorang yang miskin dan di daerah itu tinggallah seorang raja yang suka merampas perahu milik rakyatnya.

Kejadian Kedua

Nabi Khidir menjelaskan bahwa ia membunuh seorang anak, karena orang tuanya adalah pasangan yang beriman. Jika anak ini menjadi dewasa, dapat mendorong bapak dan ibunya untuk menjadi orang yang sesat dan kufur.

Kematian anak itu nanti akan digantikan dengan anak yang saleh dan lebih mengasihi kedua bapak ibunya hingga anak cucunya.

Kejadian Ketiga

Rumah yang dindingnya diperbaiki itu adalah milik dua orang kakak beradik yatim yang tinggal di kota tersebut. Dan di dalam rumah tersebut tersimpan harta benda yang ditujukan untuk mereka berdua.

Ayah kakak beradik itu telah meninggal dunia dan merupakan seorang yang shaleh. Jika tembok tersebut runtuh, maka bisa dipastikan bahwa harta yang tersimpan tersebut akan ditemukan oleh orang-orang yang menyembah berhala.

Setelah mendengarkan penjelasan tersebut akhirnya Nabi Musa mengerti dan bersyukur karena telah dipertemukan dengan Nabi Khidir.

“Oleh karena itu apabila kita mendapatkan seorang anak yang cacat janganlah sekali-kali mengeluh atau bahkan ada yang tega membuang darah dagingnya tersebut. Sebagai seorang Muslim yang baik kita harus bersabar dengan keadaan tersebut, menerima dan merawat anak tersebut dengan baik, Insya Allah ada pahala dari Allah SWT atas kesabaran tersebut,” kata Ustad Hasanudin, kepada Aktual.com, di Jakarta, Kamis (18/02).

Asy Syaikh Abdurrahman bin Jibrin mengatakan,

فأبواه قد يصيبهما الحزن عندما يولد هذا المعوق الناقص في الخلقة، ولكن يجب الرضا بقضاء الله تعالى وقدره، ويحرم الاعتراض على الله في خلقه والتسخط لعطائه، ويصبر ويحتسب ليحصل له الأجر الكبير على تحمله، ما تحمله من الأذى والتعب والمشقة وفي ذلك خير كثير

Artinya, “Wajar saja apabila kedua ibu-bapak merasa bersedih ketika mereka mendapatkan anak yang cacat yang memiliki kekurangan dari sisi fisiknya. Akan tetapi wajib bagi mereka untuk ridha kepada keputusan dan takdir Allah SWT.”

Terakhir, Ustad Hasanudin mengingatkan, bahwa haram hukumnya bagi Muslim untuk menentang keputusan Allah SWT dalam ciptaan-Nya. Dan haram pula bagi Muslim untuk murka dengan apa yang telah Allah SWT berikan. Bersambung….

Artikel ini ditulis oleh: