Pasangan Ahok dan Djarot resmi mendaftar ke KPU DKI Jakarta dengan diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Golkar, Nasdem dan Hanura.

Jakarta, Aktual.com – Pengamat politik dari Kelompok Kajian dan Analisa Kebijakan Politik Indonesia (Kedai KOPI), Hendri Satrio, menyatakan, suguhan politik Pilkada DKI Jakarta di Kantor DPP PDI Perjuangan dan KPUD DKI Jakarta secara tidak langsung menunjukkan ‘kekalahan’ partai politik atas calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

“Dari sisi komunikasi politik, suguhan di Diponegoro (DPP PDIP) dan KPUD ini simbol kekalahan Mega terhadap Ahok. PDIP tetap mengusung Ahok walaupun belum menjadi kader,” terang Hendri kepada Aktual.com, Jumat (23/9).

Diungkapkan, dalam pengumuman calon kepala daerah 101 kepala daerah yang diusung PDIP di Kantor DPP, Ahok mengenakan batik sementara pasangannya Djarot Saiful Hidayat mengenakan baju merah. Dasa Prasetya yang disodorkan PDIP ke Ahok juga dinilai tidak sejalan dengan kebijakan Ahok selama ini.

Hal yang sama berlanjut saat mendaftar pasangan Ahok-Djarot ke KPUD DKI Jakarta. Ada perubahan dari Ahok dengan mengenakan baju kotak-kotak merah hitam. Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta, Adi Wijaya, sempat menyerahkan jas kepada Ahok untuk dikenakan namun Ahok bergeming.

Alih-alih mengenakan jas tersebut, Ahok justru menyampirkan jas tersebut di belakang kursi yang diduduki Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri. Mega sendiri pada akhirnya yang memakaikan jas merah tanpa logo PDIP kepada Ahok.

“Ini harus disikapi dengan tegas oleh Mega kepada Ahok, statemen Ahok kan tetap, bukan kader partai. Selama ini Ahok juga istilahnya mengeluarkan statemen negatif tentang partai politik,” kata Hendri.

Hal lain yang perlu diingat PDIP, berikut Golkar, NasDem dan Hanura adalah ‘kebiasaan’ Ahok menafikkan partai yang menghantarkannya meraih kekuasaan. Dari Golkar yang ditinggalkan saat menghantarkan Ahok ke DPR RI hingga Gerindra yang ditinggalkan usai menghantarkan menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta.

“Begitu mendapatkan kursi, kekuasaan, kemudian ditingggalkan. Golkar dan Gerindra sudah kena getahnya waktu itu. Ahok ini harus terus dijaga agar tetap berada dalam lingkaran mereka,”

“Jangan sampai kejadian lalu berulang dengan mengatakan dirinya meraih kekuasaan bukan karena partai A,B,C,D tetapi karena diri sendiri,” pungkas Hendri.

Soemitro

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan