Caucasian businesswoman working at desk

Jakarta, Aktual.com — Anda mungkin pernah mendengar atau membaca artikel kesehatan tentang duduk selama berjam-jam di belakang meja itu berbahaya bagi kesehatan Anda. Bahkan, lebih bahaya dari merokok.

Ya, duduk berkepanjangan bisa dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, kanker hingga kematian dini. Tapi, setidaknya Aktual.com memberikan solusi serta ‘memerangi’ masalah ini.

Berdasarkan sebuah studi terbaru yang dipublikasikan secara online dalam International Journal of Epidemiology pada 9 Oktober lalu, berdiri di samping meja mungkin tidak lebih baik ketimbang duduk. Dan, itu masih memiliki dampak negatif terhadap kesehatan Anda. (Mungkin sudah waktunya untuk mengganti meja berdiri dengan meja treadmil, red)

Dalam penelitian tersebut, para peneliti memantau perilaku serta kesehatan dari 3.720 pria dan 1.412 wanita selama 16 tahun. Dimulai pada tahun 1985 silam, para relawan yang berasal dari London, mencatat berapa jam dalam sepekan, mereka menghabiskan duduk.

Pada akhir periode selama 16 tahun itu, para peneliti menghitung jam dan kemudian menguji sampel yang diperiksa oleh National Health Service Central Registry. Dan, lalu menyatakan, bahwa 450 peserta telah meninggal dunia. Namun demikian, para peneliti tidak menemukan korelasi antara waktu yang dihabiskan antara duduk selama berjam-jam dengan kematian.

Temuan penelitian menunjukkan, orang yang duduk untuk waktu yang lama dapat memperpendek usianya, meskipun orang tersebut suka berolahraga.

“Setiap postur tubuh manusia, di mana pengeluaran energi begitu rendah dapat merugikan kesehatan, baik itu duduk atau hanya sekedar berdiri,” demikian kata Dr. Melvyn Hillsdon, seorang Profesor Olahraga dan Ilmu Kesehatan dari University of Exeter di Inggris, bersama rekan penulis studi lainnya, mengatakan dalam sebuah pernyataan tertulis.

Kemudian, para peneliti menyimpulkan, bahwa duduk sendiri tidak akan mengancam nyawa manusia. Sebaliknya, gaya hidup tidak sehat itu lebih berbahaya bagi kesehatan Anda.

“Penelitian ini tidak ‘hitam dan putih’, dan jika sebuah studi menemukan ‘X’ atau ‘Y’ tersebut tidak berarti bahwa ini adalah kebenaran yang kita semua harus sepakat atau menyetujuinya,” ujar Dr. Emmanuel Stamatakis, Profesor dari University of Sydney di Australia sekaligus asisten penulis studi, mengatakan dalam surat elektronik.

“Temuan studi terbaru dalam perbedaan pendapat dengan berbagai literatur dan harus ada alasan untuk ini.”

Artikel ini ditulis oleh: