Bank Indonesia memprediksikan Indonesia akan mengahadapi membengkaknya defisit transaksi berjalan (current account deficit) yang diprediksi akan melebihi USD25 Miliar. Angka defisit ini lebih buruk 44,5% dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai USD17,5 Miliar. Jika memang kondisi ekonomi Indonesia membaik, tentunya selaras dengan data ekonomi yang disampaikan BI.
Sejumlah ekonom berkumpul di kediaman Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto, Jumat (5/10) malam. Dari sekian ekonom yang ada dalam pertemuan tersebut, Rizal Ramli mengungkapkan, ekonomi Indonesia tengah berada pada lampu merah pada saat ini.
“Memang hari ini kita lampu merah ekonominya, krisisnya, dan masih akan berlanjut karena badan kita tidak sehat. Antibodi kita kurang kuat, kena virus apa saja bisa sakit,” ujar Rizal usai pertemuan.
Ia menilai, sangat tak adil jika terdapat pihak-pihak yang mengkambinghitamkan faktor-faktor eksternal, seperti kondisi Italia, Turki atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed.
“Kita juga harus introspeksi bahwa diri kita sendiri harus kita bikin sehat. Kita harus ambil langkah-langkah agar krisis ini berkurang,” sambung pria yang kerap disapa RR ini.
Menurutnya, ada sejumlah cara untuk memulihkan kondisi ekonomi Indonesia.
Pertama, kurangi defisit current account dan impor. Namun, ia menekankan jika pengurangan ini harus terfokus pada komoditas impor yang memiliki nominal tinggi.
Rizal mencatat, terdapat 1.147 komoditas impor yang nilai hanya mencapai 5 miliar dolar AS per tahun. Komoditas-komoditas ini, katanya, bukanlah prioritas dalam pengurangan defisit impor.
Selain itu, kalau pajaknya dinaikkan 2,5-7,5% dampaknya hanya akan mengurangi impor 500 juta dolar AS. Ada memang pembatalan-pembatalan proyek besar, tapi kata RR itu saja tidak cukup.
Dia menyarankan pemerintah fokus mengurangi impor komoditas besar, baja misalnya.
“China baja kebanyakan dan banyak dijual ke Indonesia dengan harga murah. Kami minta pemerintah laksanakan memberikan tarif anti dumping sebesar 25% terhadap produk baja dan turunannya. Otomatis impor baja akan turun, impor kita akan turun US$ 5 miliar. Produksi dalam negeri naik, Krakatau Steel dan swasta akan untung,” papar Rizal.
Kemudian, menurut Rizal, pemerintah perlu menaikkan tarif pajak untuk mobil impor.
Cara kedua adalah mewajibkan para pengusaha membawa pulang devisa hasil ekspor. Menurutnya, hanya 20% devisa ekspor yang dimasukkan Indonesia.
Sisa devisa itu, jelas RR, ditaruh para pengusaha di luar negeri seperti Singapura dan Hongkong.
“Kita wajibkan supaya semua eksportir masuk ke dalam. Saya tahu pemerintah mengajak beberapa pengusaha untuk memakai rupiah, tapi itu tidak memadai, kita harus ada di depan kurva untuk bisa keluar dari krisis ini,” tutur Rizal.
Sebagai informasi, Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak menguat sebesar 37 poin menjadi Rp15.182 dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.219 per dolar AS.
Oleh: Arbie Marwan