Jakarta, aktual.com – Tahun 2018 tentunya menjadi sejarah yang tidak terlupakan bagi bangsa ini, di tengah ‘pesta’ demokrasi pemilihan presiden 2019 nanti, justru terselip berita duka yang menguras air mata.
Tidak terlupakan, bagaimana Desember 2004 lalu, pasca Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dilantik sebagai presiden pada Oktober 2004, wilayah Aceh sebagai kota Serambi Makkah tersebut diguncang gempa dan disapu tsunami hebat yang seketika meluluhlantakan apa yang ada.
Kini, dari wilayah Indonesia tengah hingga timur itu, suara tangis kembali terdengar jerit meminta perhatian untuk dapat dibantu, bahkan memelas di tengah derita agar seluruh pelosok negeri ini bergerak bahu membahu memajukan rasa iba sebagai manusia kepada mereka yang menerima ‘cobaan’ dari tuhan yang masa esa.
Juli 2018, bencana alam berupa gempa bumi dengan kekuatan 6,4 SR menggoyang Pulau Lombok pada Pukul 06.47 WITA yang berpusat di 47 km Timur Laut Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat dengan kedalaman 24 Km.
Bahkan, guncangan tersebut, dirasakan di seluruh Pulau Lombok, Pulau Bali, dan Pulau Sumbawa.
Setidaknya gempa bumu beruntun yang melanda Lombok selama tiga pekan terakhir mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, kerusakan infrastruktur, dan puluhan ribu warga mengungsi.
Berdasarkan data penanganan darurat bencana gempa Lombok mencatat, hingga Kamis (23/8/2018) gempa bumi mengakibatkan 555 korban meninggal dunia dan 390.529 jiwa penduduk mengungsi.
Kabupaten Lombok Utara merupakan lokasi terdampak paling parah akibat gempa bumi. Di Lombok Utara, sebanyak 466 korban meninggal dunia, 829 korban luka-luka, 134.236 jiwa mengungsi, dan 23.098 rumah rusak akibat gempa.
Tidak berselang lama, pasca gempa Lombok yang terjadi di akhir Juli dan awal Agustus 2018 kemarin. Sudah hampir sepekan sejak peristiwa gempa bumi berkekuatan 7,4 SR mengguncang Palu, Sigi, dan Donggala, Sulawesi Tengah dan tsunami, pada Jumat (28/9/2018).
Bencana alam di daerah yang terkenal dengan produksi Bawang Goreng nya itu pun menambah duka yang cukup mendalam bagi rakyat Indonesia. Pasalnya, berdasarkan data informasi dari BNPB menyebutkan korban meninggal dunia mencapai 1.234 jiwa Selasa (2/10).
Hal itu disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwonugroho, di Jakarta, Selasa (2/10).
“Korban meninggal dunia sudah mencapai 1234 jiwa,” ujar Sutopo saat menggelar jumpa pers di kantornya, Jakarta.
Menurut Sutopo sebagaian korban meninggal dunia itu sudah ada yang dimakamkan, sementara sebagian lainnya masih butuh proses identifikasi hingga akhirnya dimakamkan.
Jumlah itu juga masih bertambah, mengingat jumlah korban di area Balaroa dan beberapa titik lainnya yang amblas karena likuifaksi belum bisa diperkirakan.
Adapun korban luka berat sebanyak 799 korban. Sementara itu korban yang masih dinyatakan hilang bedasarkan laporan yang masuk siang ini adalah 99 orang yang terbagi dalam beberapa kabupaten.
“Korban luka berat 799 jiwa, semua sudah dirawat di berbagai rumah sakit,” kata Sutopo.
Sementara itu, Sutopo juga menungkapkan jumlah total pengungsi yang dibagi dalam berbagai titik hingga siang ini sudah mencapai 61.867 jiwa.
Dilema Status ‘Bencana Nasional’
Artikel ini ditulis oleh:
Novrizal Sikumbang