BNN menyita barang bukti hasil pencucian uang penjualan sabu senilai Rp 1,5 milyar dari tersangka berinisial HUS dalam bentuk aset barang, 3 unit mobil, 1 unit motor, 2 bangunan rumah, 2 hektar lahan sawit, tanah kosong dan uang tunai.

Jakarta, Aktual.com — Badan Narkotika Nasional Provinsi Nusantara Tenggara Timur kekurangan personil, untuk memberantas peredaran narkoba di wilayah tersebut.

“Salah satu kendala yang dihadapi oleh BNNP NTT saat ini adalah keterbatasan dari sejumlah personel yang mampu dan mengerti soal penyelidikan masalah narkoba di NTT,” kata Kepala BNNP NTT Kombes Pol Sulistiandriatmoko di Kupang, Selasa (15/9).

Dia mengaku saat ini BNNP NTT hanya memiliki sembilan personel untuk melaksanakan penyelidikan, pencegahan dan pemberantasan narkoba di NTT.

“Apalagi NTT ini secara geografis wilayahnya sangat luas dan terdiri dari pulau-pulau, sehingga selain membutuhkan SDM, biaya juga sangat penting,” ujarnya.

Karena itu, untuk dapat mempermudah proses penyelidikan, pencegahan dan pemberantasan, pihaknya selalu bekerja sama dengan anggota Polda NTT.

“Selain bekerja sama dengan BNN Kota Kupang, mitra lainnya juga adalah pihak Polda NTT dalam hal ini Ditresnarkoba. Karena jumlah personelnya sangat banyak,” kata dia.

Dalam kerja sama tersebut, kedua pihak selalu saling tukar informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan korupsi di wilayah perbatasan dan wilayah-wilayah yang dianggap menjadi pusat masuknya barang haram tersebut.

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala BNN Kota Kupang, AKBP Okto G Riwu. Saat ini ada empat lembaga yang selalu saling berkoordinasi dalam melakukan pemberantasan korupsi di Kota yang dikenal dengan kota Kasih tersebut.

“Selain BNN Kota Kupang, kita ada BNNP NTT, kemudian Satuan Narkotika Polres Kupang Kota serta Ditresnakoba Polda NTT. Keempatnya ini selalu berkoordinasi dan saling tukar informasi soal masalah narkoba. Khususnya di Kupang,” ujarnya.

Menurut dia, masalah narkoba merupakan hal yang tidak hanya menjadi perhatian dari pemerintah atau keempat kelompok tadi, tetapi juga menjadi perhatian khusus dari masyarakat.

“Masyarakat juga dapat menjadi mata dan telinga kami untuk mencegah masuknya barang haram ini. Sebab merekalah yang berada dan mengenal kehidupan di wilayah sekitar,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu