KH. Muhammad Danial Nafis S.E, M.Si

Jakarta, Aktual.com – Khadim Zawiyah Arraudhah, KH Muhammad Danial Nafis dalam kesempatan Kajian Tasawuf yang berlangsung di Zawiyah Arraudhah, Tebet, Jakarta Selatan menyampaikan kalam Syekh Ibnu Athoillah As-Sakandary RA dalam kitabnya Al-Hikam.

Syeikh Ibnu Athoillah As-Sakandary RA berkata, “Bergantunglah kepada sifat ketuhanan Allah dan penuhilah sifat penghambaanmu.”

Maksudnya adalah jangan sekali-kali merasa bahwa kita ini kaya, kuat, mulia, dan mampu. Karena, itu semua adalah sifat Allah Swt. Tapi bersikaplah layaknya seorang hamba yang miskin, lemah, hina, merasa bodoh dan tidak mampu kecuali dengan pertolongan Allah Swt.

“Kalam hikmah ini jika disertai pemahaman yang betul maka akan selamat dari falsafah tasawuf yang salah seperti Ittihad, Hulul, atau Manunggaling kawula Gusti. Kalian harus berhati-hati akan pemahaman kebatinan Jawa maupun Sunda yang dikaitkan dengan Tasawuf, karena bisa menyesatkan,” ucap Kyai Nafis.

Rasulullah merupakan perantara antara hamba dengan Tuhannya, seseorang tidak akan wushul kepada Allah kecuali mengikuti Nabi dan menjadikannya sebagai suri teladan terbaik maka Insya Allah kamu bisa Musyahadah dan Ma’rifat kepada Allah.

“Terkait refleksi kalam hikmah diatas, maka sertakanlah penghayatan yang mendalam ketika berdoa dan ta’alluq (rasa bergantung) kepada Allah tidak hanya sebatas membaca dengan lisan saja. Untuk itu perlu mengetahui makna dari Asmaul Husna (Nama-Nama Allah),” ucap Kyai Nafis.

Jika ada hamba merasa bisa, merasa mampu, merasa pandai itu melanggar sifat-sifat kehambaan. Sebab seorang hamba harus merasa lemah, hina dihadapan Allah. Agar tidak tergolong orang yang sombong.

Kyai Nafis juga menjelaskan “Caranya seorang hamba bisa selalu bergantung pada Allah: mengembalikan segala permasalahannya kepada Allah, berharap kepada Allah dalam hajatnya, dan meyakini segala sesuatu yang terjadi itu atas kehendak Allah.”

Sehingga orang yang selalu bergantung kepada Allah akan merasa “tenggelamkanlah aku ke dalam lautan Wahdah, sehingga aku tidak melihat, mendengar, mendapatkan dan merasa kecuali dengannya” yang akhirnya memunculkan sifat tunduk dan patuh kepada Allah.

Jika seorang murid diberikan bisa mengobati orang sakit, ingatlah ! Itu anugerah Allah bukan karena bacaan murid tadi. Karena jika murid tersebut merasa dirinya yang menyembuhkan itu bisa menggeser sifat penghambaannya.

Harus ditanamkan pemahaman bahwa manusia itu lemah dan faqir, tidak punya apa-apa ,maka harus pasrah dan memohon kepada Allah serta jangan merasa menyembuhkan.

“Teruslah berdzikir dengan wirid asasi dan membaca hizib sembari diresapi makna dan perenungan dan tafakur aku ini miskin, lemah, tidak punya apa-apa, hal yg demikian bisa mematikan sifat sombong,” kata Kyai Nafis.

Artikel ini ditulis oleh:

Abdussalam Arfan Hadiyansyah