Panitia memotong daging hasil kurban Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah 1438 H di Jakarta, Jumat (1/9). Panitia akan menyalurkan daging kurban ke yayasan, panti sosial, dhuafa dan asrama yatim piatu. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pakar gastroenterologi, ilmu tentang penyakit pada sistem pencernaan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam menyatakan, masih ada sejumlah mitos yang beredar di masyarakat seputar daging kambing yang dikurbankan saat Idul Adha.

“Jika ingat daging kambing saya ingat beberapa mitos yang sangat diyakini masyarakat kebenarannya,” kata Ari Fahrial Syam dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (1/9).

Menurut Ari, salah satu mitos itu adalah makan daging kambing menaikkan tekanan darah, sehingga masyarakat yang hipotensi atau tekanan darahnya rendah dianjurkan makan kambing agar tensinya naik.

Dia memaparkan, tekanan darah rendah bisa disebabkan berbagai hal, bisa karena perdarahan, kurang minum sampai dehidrasi karena berbagai sebab, kelelahan atau kurang tidur.

Selain itu, tensi yang rendah juga dapat disebabkan karena gangguan pada jantung baik karena kelainan katup atau serangan jantung bahkan gagal jantung, ujarnya.

“Tapi pada sebagian masyarakat tanpa melihat kenapa tensi darahnya rendah langsung mengkonsumsi daging kambing secara berlebihan. Kalau tensi turun karena gangguan jantung makan daging kambing justru akan fatal dan memperburuk keadaan,” ucapnya.

Ia juga mengemukakan, mitos kedua yang juga beredar di tengah masyarakat adalah “torpedo” kambing akan meningkatkan gairah seksual atau sate kambing setengah matang menimbulkan dampak yang sama.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby