Jakarta, Aktual.com —  Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku Andy Setyo Biwado menyatakan inflasi daerah ini pada Juli 2015 tercatat sebesar 0,96 persen (mtm) atau 9,50 persen (yoy).

“Realisasi tersebut meningkat dibanding bulan sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi 0,30 persen (mtm) atau 8,85 persen (yoy),” kata Andy, di Ambon, Jumat (7/8).

Menurut dia, tekanan inflasi pada Juli 2015 terutama disebabkan oleh kelompok harga barang yang dikendalikan oleh pemerintah (administered price), khususnya tarif angkutan udara yang telah diperkirakan sebelumnya sebagai dampak dari meningkatnya permintaan pada periode high-season yaitu masa liburan sekolah serta perayaan Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriyah.

Selain itu, kelompok bahan makanan bergejolak (volatile food) juga turut memberikan tekanan pada inflasi bulan Juli 2015 karena masih tingginya harga sayuran seiring dengan melonjaknya harga pada saat menjelang Lebaran meskipun harga telah kembali menurun di akhir bulan.

Selanjutnya, pasokan ikan segar yang kembali normal serta masuknya masa panen untuk kelompok bumbu-bumbuan di sejumlah sentra produksi mampu menahan laju inflasi kelompok bahan makanan bergejolak.

Sementara itu, laju inflasi inti tercatat sebesar 0,17 persen (mtm), menurun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,30 persen (mtm). Penurunan harga kelompok biaya tempat tinggal dan perlengkapan rumah tangga sebagai akibat dari penurunan harga bahan bangunan serta barang kebutuhan tahan lama merupakan penyumbang turunnya laju inflasi inti pada Juli 2015.

“Sepanjang bulan Juli 2015, Pemerintah Provinsi Maluku maupun Pemerintah Kota Ambon secara rutin melakukan operasi pasar demi menjaga ketersediaan komoditas yang rentan mengalami lonjakan harga,” ujar Andy.

Dia juga mengatakan pemenuhan stok yang dilakukan oleh distributor juga turut menahan pergerakan harga menjelang Hari Raya Idul Fitri. Kegiatan tersebut ternyata membuahkan hasil yang cukup baik karena inflasi bulanan Juli 2015 tercatat lebih rendah daripada rata-rata historis lima tahun sebelumnya yang sebesar 1,23 persen (mtm).

“Ke depan, Bank Indonesia juga akan terus mencermati berbagai risiko yang mempengaruhi inflasi dan koordinasi antar instansi yang tergabung dalam Tim Pengendali Inflasi Daerag (TPID) Provinsi Maluku juga akan terus ditingkatkan,” katanya.

Karena itu, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku juga meyakini bahwa perbaikan laju inflasi tahunan diperkirakan terjadi mulai Semester II-2015, didukung oleh harga sejumlah bahan pokok yang diperkirakan kembali ke tingkat normal paska pola musiman Lebaran serta prakiraan cuaca yang mulai kondusif akan membawa dampak positif pada aktivitas pertanian dan perikanan di wilayah Maluku.

“Masuknya masa panen komoditas aneka cabai dari daerah pemasok juga turut membawa pengaruh positif terhadap upaya pengendalian inflasi,” ujar Andy.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka