Salah satu show unit SOHO bizlofts@U-Residence di Grand Atrium Supermal Karawaci, Tangerang, Banten, Sabtu (28/5). SOHO bizlofts@U-Residence di bangun dengan fasilitas seperti hotel dan mal yang saat ini unitnya sudah terjual sekitar 60% dengan harga sekitar Rp 1 miliar per unit. AKTUAL/HO

Jakarta, Aktual.com – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah berharap pembangunan hotel “budget” atau yang bertarif ekonomis di Kota Semarang dihentikan.

“Saat ini keberadaan hotel ‘budget’ di Kota Semarang semakin banyak sehingga harus dihentikan karena berpotensi mengakibatkan persaingan yang tidak sehat,” kata Wakil Ketua PHRI Jawa Tengah Benk Mintosih di Semarang, Rabu (4/1).

Dikatakan, saat ini jumlah hotel “budget” dan hotel nonbintang di Kota Semarang mencapai 65. Jika angka ini terus meningkat maka pasar hotel berbintang akan terganggu.

“Dengan semakin banyaknya hotel yang menawarkan ‘rate room’ di kisaran Rp300 ribu, mau tidak mau hotel berbintang harus menurunkan harga untuk menarik tamu,” katanya.

Meski demikian, pihaknya tidak mempermasalahkan mengenai pembangunan hotel berbintang dengan segmentasi khusus.

Saat ini, jumlah hotel berbintang di Kota Semarang sebanyak 52. Angka ini masih memungkinkan untuk ditambah selama hotel tersebut memiliki pangsa pasar khusus.

“Seperti misalnya Hotel Tentrem yang saat ini sedang dibangun, nantinya segmentasi hotel ini khusus yaitu kalangan menengah ke atas. Dengan demikian persaingan akan sehat, tidak ada perang tarif,” katanya.

Mengenai hotel berbintang ini, segmentasi terbesar adalah dari instansi pemerintahan. Untuk diketahui, dari segmentasi pemerintahan sendiri memberikan kontribusi hingga 48 persen.

Sementara itu, mengenai target okupansi hotel di tahun ini pihaknya belum dapat memastikan. PHRI hanya berharap agar tidak ada lagi penurunan okupansi seperti yang terjadi pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015.

Untuk diketahui, rata-rata okupansi hotel di Jawa Tengah pada tahun 2016 sekitar 58 persen. Angka ini turun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 60 persen. (ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka