Kapitalisme global berbasis korporasi yang sudah mulai dirancang sejak pertemuan Britton Wood 1947, nampaknya bukan saja swasta menjadi kekuatan politik berpengaruh dari balik layar pemerintahan, bahkan belakangan ini perorangan pun mulai jadi aktor non negara yang semakin berpengaruh dalam percaturan internasional dan politik pemerintahan negara.

 

Bill Gates salah satu bukti nyata betapa hari depan dunia ditandai bukan saja menguatnya pengaruh swasta atau pemilik modal berbasis korporasi, melainkan perorangan pun bakal bisa ikut mengatur-atur negara-negara  bangsa yang lemah perekonomiannya.

 

Apa yang dilakukan Bill Gates terhadap Nigeria, salah satu negara miskin di Afrika, mungkin bisa jadi renungan kita bersama. Betapa tidak, Nigeria punya utang sebesar Rp 950 miliar atau 76 juta dolar AS kepada Jepang. Memang uang sebesar itu diberikan Jepang untuk program pemberantasan penyakit polio melaui Overseas Development Assistance (ODA). Program pendanaan lewat ODA ini dikelola dan diselenggarakan oleh Pemerintah Jepang, untuk berbagai macam program kegiatan di negara-negara berkembang.

Pada 2014 lalu, khusus untuk menanggulangi wabah polio di seluruh dunia, pemerintah Jepang lewat ODA ini menggelontorkan utang sebesar 76 juta dolar AS kepada Nigeria sebagai bagian program kegiatan untuk menanggulangi wabah polio di seluruh dunia.

Namun namanya utang ya tetap saja pinjaman dan harus dikembalikan dan dilunasi sesuai jadwal waktu yang sudah ditentukan. Celakanya, Nigeria ini negara miskin dan dengan penduduk miskin terbanyak di dunia, ternyata susah sekali buat melunasi utangnya. Padahal berkat program pendanaan ODA pemerintah Jepang itu, Nigeria  sudah dinyatakan bersih dari polio pada 2017 lalu.

 

Di sinilah peran perorangan dalam percaturan internasional mulai mempertunjukkan diri di atas pentas. Pendiri Microsoft Bill Gates turun tangan menyatakan niatnya melunasi utang Nigeria kepada Jepang. Menarik bukan? Seorang hartawan dan menduduki peringkat kedua orang terkaya di dunia, dengan murah hati melunasi utang Nigeria kepada Jepang. Meski dengan dalih bahwa Bill dan isterinya Melinda Gates, selain aktif sebagai dalam kegiatan filantropi juga peduli pada isu kesehatan, namun hal ini membuktikan bahwa ke depan apa yang disebut aktor-aktor non negara tidak lagi sekadar swasta pemilik modal atau korporasi, lembaga swadaya masyarakat, lembaga-lembaga pengkajian/think-thank, melainkan juga perorangan-perorangan atau individu yang kaya raya.

 

Bedasarkan data Bloomberg yang dikutip KompasTekno, Selasa (2/1/2018), Jeff Bezos berada di urutan pertama dengan jumlah kekayaan mencapai 99 miliar dollar AS (Rp 1.340 triliun). Sedangkan Bill Gates berada di posisi kedua dengan jumlah kekayaan sekitar 91,8 Miliar dolar AS (Rp 1.243 Triliun).

 

Jadi bisa kita bayangkan. Untuk melunasi utang Nigeria yang Rp 950 miliar, itu sama saja kita menshodaqohkan Rp 100 ribu dari Rp 1 juta yang kita miliki. Bedanya, kalau kita bershodaqoh dengan ihlas semata demi Allah Swt, maka fenomena Bill Gates melunasi utang Nigeria kepada Jepang tak mungkin ada makan siang gratis. Pastinya ada timbal-baliknya.

 

Di abad informasi dan era digital seperti sekarang ini, fenomena Bill Gates dan Jeff Bezos nampaknya mengisyaratkan bakal semakin menguatnya kekuatan dan pengaruh perorangan kaya raya bukan seja sebagai aktor non-negara yang semakin mengglobal di pentas dunia,  bahkan sangat mungkin untuk mengatur dari balik layar kebijakan-kebijakan strategis pemerintahan suatu negara.

 

Hendrajit. Rekdatur Senior