Jakarta, Aktual.co — Setiap manusia memiliki emosi marah. Marah adalah sesuatu yang manusiawi. Oleh karena itu, marah merupakan salah satu jenis emosi yang dianggap sebagai emosi dasar dan bersifat universal.
Akan tetapi, jika emosi marah dinilai negatif oleh masyarakat karena sifat destruktifnya. Orang yang marah bisa menjadi kejam dan tidak berperikemanusiaan. Marah pun sering bernilai negatif bagi individu. Disitu banyak orang tidak jarang hilang akal saat marah.
Perlu dipahami emosi marah yakni emosi yang paling sering muncul dalam pembicaraan sehari-hari karena masyarakat umumnya mengidentikkan istilah emosi dengan marah. Jika dalam perspektif psikologi, memendam amarah bsa menimbulkan kegoncangan mental.
Fakta yang ada bahwa, pada hakikatnya  setiap orang mempunyai kadar kecerdasan dan kecenderungan emosi yang berbeda satu sama lain. Karena mulai bangun tidur di pagi hari hingga menjelang tidur pada malam harinya, setiap orang mengalami berbagai pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi.
Sedangkan, ungkapan-ungkapan kesedihan, kemarahan kecemasan dan sebagainya seringkali muncul pada diri seseorang bergaris-lurus dengan pengalaman atau realitas kehidupan yang dihadapi seseorang.
Dengan demikian, sifat marah merupakan tabiat yang tidak mungkin luput dari diri manusia, karena mereka memiliki nafsu yang cenderung ingin selalu dituruti keinginannya.
Rasulullah SAW bersabda, “Aku ini hanya manusia biasa, aku bisa senang sebagaimana manusia senang, dan aku bisa marah sebagaimana manusia marah”.
Bersamaan dengan itu, sifat marah merupakan ‘bara api’ yang dikobarkan oleh setan dalam hati manusia untuk merusak agama dan diri mereka, karena dengan kemarahan seseorang bisa menjadi gelap mata sehingga dia bisa melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang berakibat buruk bagi diri dan agamanya.
“Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali ‘Imran:134).
Artinya: jika mereka disakiti orang lain yang menyebabkan timbulnya kemarahan dalam diri mereka, maka mereka tidak melakukan sesuatu yang diinginkan oleh watak kemanusiaan mereka (melampiaskan kemarahan), akan tetapi mereka (justru berusaha) menahan kemarahan dalam hati mereka dan bersabar untuk tidak membalas perlakuan orang yang menyakiti mereka. (Dari Berbagai Sumber)

Artikel ini ditulis oleh: