Jakarta, Aktual.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan total 174 korban meninggal dunia, 79 hilang, dan 12 luka-luka akibat bencana hidrometeorologi yang melanda Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatra Barat. Data tersebut disampaikan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam konferensi pers di Bandara Silangit, Tapanuli Utara, Jumat (28/11).
Korban Terbanyak di Sumatera Utara
Sumatera Utara mencatat jumlah korban tertinggi, yaitu 116 orang meninggal dan 42 hilang. Wilayah paling terdampak meliputi Tapanuli Tengah (51 korban), Tapanuli Selatan (32), Kota Sibolga (17), Tapanuli Utara (11), Humbang Hasundutan (6), Kota Padang Sidempuan (1), dan Pakpak Bharat (2).
“Per hari ini kami mendata korban meninggal dunia 116 dan 42 masih dalam pencarian. Data ini akan terus berkembang karena masih ada titik yang belum dapat ditembus. Di lokasi longsor diindikasikan juga terdapat korban jiwa,” ujar Suharyanto.
ia mengungkapkan, gangguan infrastruktur menghambat evakuasi, termasuk putusnya jalur nasional Sidempuan–Sibolga, Sipirok–Medan, serta beberapa ruas jalan di Mandailing Natal.
Aceh: 35 Korban Meninggal, 25 Hilang
Di Aceh, BNPB mencatat 35 korban meninggal, 25 hilang, dan 8 luka-luka. Pengungsian tersebar di 20 kabupaten/kota dengan total 4.846 kepala keluarga.
“Data ini akan berkembang terus. Sementara yang terdata ada 35 jiwa yang meninggal dunia,” kata Suharyanto.
Kerusakan jalan nasional dan jembatan menyebabkan terputusnya akses di sejumlah wilayah seperti Gayo Lues, Aceh Tengah, dan Bener Meriah. Jalur udara menjadi satu-satunya alternatif.
Untuk memperkuat komunikasi darurat, perangkat Starlink telah dipasang di beberapa wilayah. “Starlink sudah didistribusikan ke pemerintah daerah, baik di titik pengungsian maupun posko penanganan darurat,” ujarnya.
Sumatra Barat: 23 Meninggal, 12 Hilang
Di Sumatra Barat, BNPB mencatat 23 korban meninggal, 12 hilang, dan 4 luka-luka. Pengungsian sementara mencapai 3.900 kepala keluarga, terutama di Padang Pariaman, Tanah Datar, Kabupaten Solok, dan Kota Padang.
“Di Sumatra Barat itu 23 meninggal dunia, 12 hilang, dan 4 luka-luka,” jelas Suharyanto.
Kerusakan infrastruktur meliputi lima jembatan rusak di Padang Pariaman serta longsor di jalur Bukittinggi–Padang dan Kabupaten Agam.
Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) Dimulai Serentak
Untuk menekan potensi curah hujan, BNPB mulai melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di tiga provinsi terdampak. “Kami melaksanakan OMC di masing-masing provinsi,” ujar Suharyanto.
Aceh: OMC dimulai Jumat (28/11) melalui Posko Bandara Sultan Iskandar Muda.Sumatera Utara: Sudah berjalan sejak Kamis (27/11) dengan empat sortie dan penggunaan 3.200 kg bahan semai NaCl dan CaO.Sumatra Barat: Mulai beroperasi Sabtu (29/11) dari Bandara Internasional Minangkabau.
Koordinasi Nasional Terus Berjalan
BNPB mengerahkan personel, alat berat, bantuan Presiden, hingga alutsista seperti pesawat Caravan, helikopter Airbus EC 155, dan pesawat Hercules untuk distribusi logistik.
Suharyanto saat ini memimpin penanganan bencana dari Silangit bersama Deputi Penanganan Darurat Mayjen TNI Budi Irawan. Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB ditugaskan memimpin penanganan di Aceh, sementara Sekretaris Utama BNPB Rustian memimpin respons di Sumatra Barat.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka Permadhi






















