Akibat kemarau panjang dua pekan sudah warga kebon melati krisis air bersih, hal ini membuat pompa tradisonal menjadi alternative warga untuk memperoleh air bersih.

Yogyakarta, Aktual.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta menilai bencana kekeringan yang terjadi di Kabupaten Gunung Kidul belum kategori darurat dan masih bisa ditangani pemerintah kabupaten setempat.

“Kekeringan ini belum ‘emergency’ masih mampu ditangani pemerintah kabupaten setempat,” kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Heru Suroso di Yogyakarta, Kamis (12/7).

Heru mengatakan kekeringan di Gunung Kidul terjadi di lima kecamatan Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, dan Girisubo. Lima kecamatan itu setiap tahun selalu terjadi bencana yang sama. “Rata-rata sudah langganan terjadi kekeringan, sudah bisa tertangani dengan baik,” kata dia.

Menurut dia, kebutuhan dropping air bersih sudah dilaksanakan Pemkab Gunung Kidul melalui BPBD Gunung Kidul. Hingga saat ini, sejumlah tangki air yang disalurkan ke sejumlah kecamatan itu juga masih memadai kebutuhan masyarakat setempat.

Dengan demikian, menurut dia, Pemda DIY belum perlu menggelontorkan dana tanggap darurat untuk membantu penanganan bancana kekeringan di Gunung Kidul. “Hingga saat ini provinsi hanya berkoordinasi saja,” kata dia.

Selain di Gunung Kidul, menurut Heru, bencana kekeringan selama musim kemarau ini juga terjadi di sejumlah titik di Kabupaten Kulon Progo yang tersebar di Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Sentolo, Kecamatan Samigaluh, Kecamatan Nanggulan serta Kokap.

Meski demikian, menurut dia, kondisi kekeringan di kabupaten itu juga belum masuk kategori darurat sehingga belum membutuhkan bantuan dari Pemda DIY. “Namun di BPBD DIY dan Dinas Sosial DIY (anggaran penanggulangan bencana) sudah direncanakan setiap tahun,” kata dia.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta memperkirakan puncak musim kemarau di daerah itu akan berlangsung pada Agustus 2018.

Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Djoko Budiono menjelaskan memasuki Juli telah tercatat adanya penguatan musim kemarau. Potensi terjadinya curah hujan pada awal Juli ini diperkirakan sangat kecil.

Dia mengatakan berdasarkan hasil pemantauan curah hujan pada Juli, di Yogyakarta bagian selatan sebagian besar wilayahnya sudah tidak ada hujan dalam 1-2 bulan yang lalu.

“Ini berpotensi terjadinya kekeringan dari segi meteorologis, terutama di bagian selatan Yogyakarta. Kondisi ini diprediksi masih akan berlanjut hingga bulan Agustus,” kata Djoko.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Andy Abdul Hamid