Deretan rumah semi permanen di bantaran Sungai Ciliwung, Manggarai, Jakarta, Rabu (23/11/2016). Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan saat ini terdapat 13,5 juta penduduk Indonesia yang hidup miskin di lingkungan kumuh. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Hampir setengah penduduk di DKI Jakarta tidak memiliki tempat tinggal sendiri. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, setidaknya persentase penduduk Ibu Kota yang tidak mempunyai rumah sendiri sebesar 48,91 persen.

“Sebanyak 48,91 persen penduduk DKI Jakarta tidak mempunyai bangunan atau rumah atau tempat tinggal sendiri,” beber Kepala BPS, Suhariyanto saat dihubungi di Jakarta, Senin (2/1).

Ironinya, persentase masyarakat yang tidak punya rumah sendiri hampir berimbang dengan penduduk yang memiliki rumah pribadi. Untuk yang menempati bangunan milik sendiri persentasenya sebesar 51,09 persen.

Ia memaparkan, Jakarta sendiri merupakan provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia. Data BPS terbitan tahun 2016 menunjukkan, kepadatan penduduk di DKI mencapai 15.328 jiwa per km2.

“Hal ini menyebabkan tingginya permintaan akan bangunan tempat tinggal yang kemudian berimbas pada mahalnya harga rumah. Kondisi inilah yang menyebabkan sebagian penduduk DKI Jakarta tidak mampu untuk memiliki rumah sendiri,” papar dia.

Secara nasional, perhitungan BPS sebesar 82,63 persen rumah tangga memiliki bangunan sebagai tempat tinggal. Tapi, ada 18 provinsi yang persentase kepemilikan rumah berada di bawah angka nasional.

Daerah-daerah tersebut adalah Aceh sebesar 82,36 persen, Sumatera Utara (71,09 persen), Sumatera Barat (74,13 persen), Riau (71,56 persen), Kepulauan Riau (67,67 persen), Jawa Barat (80,63 persen), DIY (76,99 persen), Banten (80,94 persen), Bali (77,31 persen).

Selanjutnya, Kalimantan Tengah (77,99 persen), Kalimantan Selatan (79,22 persen), Kalimantan Utara (74,77 persen), Kalimantan Timur (72,69 persen), Sulawesi Utara (80,44 persen), Gorontalo (81,66 persen), Maluku (81,51 persen), Papua Barat (74,67 persen), dan Papua (81,69 persen).

M. Zhacky Kusumo

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan