Mantan Panglima TNI, Jenderal Purnawirawan, Gatot Nurmantyo menjadi pembicara saat acara "Urun Rembuk Kebangsaan: Membangun Optimisme Masa Depan Indonesia dalam Perspektif Nasional dan Global" di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (25/4). Gatot Nurmantyo menyampaikan beberapa keoptimisannya untuk Indonesia menjadi lebih baik lagi karena memiliki modal yang sangat besar. Bung Karno, katanya, pernah mengingatkan bahwa suatu saat nanti negara-negara di dunia akan iri melihat Indonesia karena kekayaan yang dimilikinya. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo melalui akun YouTube Hersubeno Arief menyebut pergantian dirinya sebagai Panglima TNI akibat perintah menonton film G30S/PKI.

Terkait hal tersebut, Pengamat intelijen dan keamanan, Stanislaus Riyanta mengharapkan, Gatot bisa mengungkap dugaan data orang yang selama dicurigai PKI.

“Adakah yang punya data selama Jendral GN masih aktif, semenjak lulus Akademi Militer hingga Pensiun dengan pangkat Jendral,” kata Stanislaus, Kamis (24/9).

Diketahui, kebijakan Gatot soal menonton film G30S/PKI Gatot merupakan rangkaian amatannya. Dia mengamati, PKI gaya baru bangkit sejak 2008 ketika seluruh mata pelajaran di sekolah menghapuskan sejarah kelam tentang peristiwa G30S/PKI.

Menurut dia, hal itu menandakan memang gerakan tersebut tidak bisa dilihat bentuknya, tapi dapat dirasakan. Karena itu, Gatot sejak menjabat sebagai Panglima Kostrad pada 2013-2014 kerap mengisi kuliah umum di berbagai kampus untuk melawan gerakan PKI gaya baru.

“Ini suatu hal yang sangat berbahaya, karena kalau yang paling unit kecil adalah kelas 6 SD maka ditambah taruhlah sekarang ini maka mereka semua yang duduk di universitas tidak pernah mengenyam pelajaran tersebut sehingga pada 2017 kita sama-sama ingat, generasi muda 90 persen lebih tidak percaya adanya PKI maka dengan data-data yang ada pertama kali saya menjabat Pangkostrad saya beranikan untuk kuliah umum proxy war di Universitas Indonesia,” kata Gatot.dalam channel Youtube Hersubeno Arief.(RRI)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Warto'i