Jakarta, Aktual.co — Kalausekarang banyak demonstrasi mahasiswa, yang diorganisasikan untuk memproteskebijakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menaikkan harga bahan bakar minyak(BBM), itu sebenarnya tidak luar biasa. Rasa-rasanya semua Presiden RI pernahmengalami didemo oleh mahasiswa dalam berbagai isu atau kebijakan, yangdianggap kontroversial atau tidak pro-rakyat. Salah satunya adalah Presidenpertama RI, Bung Karno.
Bisa jadisetiap presiden bersangkutan –termasuk Bung Karno– serius ingin memperjuangkankepentingan rakyat, atau mungkin juga kebijakan yang tidak populer itu terpaksamereka ambil karena kondisi dan situasi tertentu, yang di luar kendalipresiden. Namun, apapun niat dan maksud presiden bersangkutan, kesulitan hidupyang dirasakan rakyat memang butuh solusi konkret. Tidak cukup dengan penjelasanverbal.
Meski demikian,ruang dialog antara pihak pengambil kebijakan –dalam hal ini Presiden selakupemimpin pemerintahan—dan mahasiswa yang merasa mewakili suara dan aspirasirakyat, harus terus dibuka. Politik menuntut adanya komunikasi antara pihak-pihakyang berbeda aspirasi, bukan menang-menangan mutlak yang berujung pada kerugianbagi semua pihak. Selama masih bisa dibicarakan baik-baik, patut dilakukan.
Pertimbanganitulah mungkin yang mendorong Bung Karno untuk membuka diri, menerimawakil-wakil gerakan mahasiswa yang pada waktu itu mendemo keras kebijakanpemerintah. Nah, cerita tentang dialog Bung Karno dengan para pimpinan mahasiswaitu saya dengar sendiri dari mulut Megawati Soekarnoputri, putri Bung Karnoyang terjun ke politik, memimpin PDI Perjuangan, dan sempat menjadi PresidenRI.
Megawatimenceritakan kisah ini di depan para aktivis prodemokrasi 1990-an. Waktu itu, PresidenSoeharto dengan rezim Orde Baru-nya masih berkuasa kuat. Sedangkan Megawatiadalah pimpinan partai yang dianggap berseberangan atau beroposisi dengan rezimSoeharto.
Megawatimenuturkan, waktu itu ia masih muda dan sedang berada bersama Bung Karno,ketika Bung Karno kedatangan tamu-tamu, yakni para pimpinan gerakan mahasiswayang sering berdemo dan mengritik keras kebijakan Bung Karno.
Sesudah para tokohmahasiswa duduk di ruang tamu, sebagai tuan rumah yang baik, Bung Karno inginmenjamu para mahasiswa. Tahu para mahasiswa belum makan siang, Bung Karnomenyuruh Megawati untuk ke dapur dan memasakkan nasi goreng buat para tokohmahasiswa.
Karena ituperintah dari ayahnya, meski enggan, Megawati tak bisa menolak. Dia pun kedapur dan memasak nasi goreng seperti disuruh ayahnya. “Tapi saya terus terangtidak rela. Saya setengah hati melakukan perintah itu, karena saya kesal. Koksaya harus memasakkan nasi goreng untuk orang-orang yang kerjanya mendemo,memprotes, dan memaki-maki ayah saya,” begitulah kira-kira ucapan Megawati.
“Maka,ketika sedang menggoreng nasi, saya menangis. Air mata saya bercucuran danjatuh ke nasi yang sedang saya goreng di wajan itu. Maka nasi goreng, yangkemudian saya sajikan kepada para tokoh mahasiswa itu, sebetulnya sudah bercampurdengan air mata saya,” tutur Megawati.
Lantas, apakomentar para tamu dan aktivis mahasiswa itu? “Mereka memuji nasi goreng buatansaya. Mereka bilang, masakan saya itu enak. Padahal mereka nggak tahu, nasigoreng itu sudah bercampur dengan air mata saya,” ujar Megawati, sambil tersenyum.
Kisah yangdituturkan Mega itu disambut dengan tawa para hadirin, yang mendengarceritanya. Jangan-jangan, justru air mata yang rasanya asin itu, yang telahberfungsi menjadi bumbu penyedap nasi goreng buatan Megawati! ***
E-mail:arismunandar.satrio@gmail.com
Artikel ini ditulis oleh: