Jakarta, Aktual.co — Ini kisah nyata yang dialami oleh supir taksi di tahun 2007 silam. Aneh tapi terkadang sebagian orang mengalaminya tanpa disadari, sama seperti yang dialami oleh supir taksi tersebut. Terjadi pada tanggal Senin 26 Februari 2007.
Selasa pagi (27/2/2007) seluruh warga sekitar RW 06 Jl. Karet Pasar Baru Barat, Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat sontak kaget bukan kepalang, karena menemukan sesuatu yang misterius. Diawali pada seninnya dini hari di waktu itu, di malam yang sepi, kota megapolitan Jakarta diiringi oleh hujan rintik-rintik tiada henti, tepatnya sekitar jam 00:30 dini hari, Bapak Teto Desto seorang supir taksi dari perusahaan ’’P’’ sudah keliling kesana-kemari namun belum jua mendapat sewa/penumpang.
Ketika Bapak Teto Desto melewati Jalan sekitar Manggarai tepatnya di depan salah satu bar dan diskotik, bapak beranak empat tersebut diberhentikan oleh tiga sosok wanita cantik. Ketika taksinya menghampiri tiga wanita tersebut, Bapak Teto tidak ada firasat apapun ia langsung saja mempersilahkan penumpangnya untuk masuk ke dalam taksinya sambil mengucapkan salam khas “Selamat pagi Non, silahkan masuk.. ingin diantar kemana ..?”.
Namun ketiga wanita tersebut diam saja tidak berkata sedikitpun. Setibanya di salah satu terowongan tepat di lampu merah, Jl. Galunggung, tepat berada dibawah underpass Dukuh Atas, bapak supir tersebut kembali menegur dengan pertanyaan yang sama, dan akhirnya salah satu dari penumpang tersebut menjawab dengan nada terputus-putus, ’’jalan aja dan lurus’’. Hingga dalam perjalanannya Pak teto mulai mencurigai adanya ketidakberesan dari penumpang di dalam taxi sewaannya tersebut.
Tapi apa boleh buat pikirnya, ia harus dan wajib mengantarkan penumpangnya ke tempat tujuan walaupun ia sendiri belum mengetahui kemana. Akhirnya setelah taxi melintasi jalan diseberang TPU (Tempat Pemakaman Umum) Karet Bivak, salah satu dari penumpang tersebut berkata, ’’Nanti balik arah, pak…”. Maka, pak Teto pun berbalik arah memutar (sepertinya saat berada di Jl. KH. Mas Mansyur saat mengarah ke Jl. Jenderal Sudirman, lalu berbalik arah, kini mengarah sebaliknya, ke arah Tanah Abang).
Tak lama berselang, lalu terdengar lagi ucapan dari penumpang “Di depan truk masuk belok ke kiri…” Otomatis pak Teto terus mengikuti ucapan wanita itu. Maka ia pun mulai memasuki jalanan kecil tanpa aspal diantara TPU Karet Bivak dan perumahan warga, namun masih pas dengan dua mobil jika saling berpapasan. Tak lama kemudian terdengar lagi ucapan sosok itu, “belok kiri…’’, ujar salah satu penumpang. Bapak Teto belum menyadari dan tak terasa aneh, bahwa arah yang disebutkan adalah sebuah gang kecil alias jalan kampung yang berada disamping Kuburan atau TPU Karet Bivak.
Setelah salah satu penunpangnya turun, pak Teto diminta untuk menunggu sebentar, sementara dua penumpang lainnya masih berada dibangku belakang. Setelah Pak teto menunggu cukup lama, pak Teto pun penasaran dan menoleh untuk melihat kedua penumpang yang masih ada dibangku belakang dan seketika itupun ia pingsan. Tiba-tiba ia sadar oleh bantuan warga saat menjelang Subuh, dan ia sudah berada di dalam sebuah pos RW di daerah itu. 
Saat pak Teto terseadar, maka pak teto mulai ditanya beberapa hal mengenai apa yang terjadi hingga ia bisa berada disini. ’’Ketika itu yang saya lihat bukan TPU, namun rumah-rumah gedongan yang mewah-mewah’’. dan saat ditanya kenapa bisa masuk ke dalam gang sempit seperti ini, dan ia menjawab lagi sambil masih terheran-heran, ’’Saya juga nggak ngerti mas, sebab malam itu yang terlihat oleh saya hanya rumah mewah dan megah dengan jalanan yang luas tidak sesempit ini dan yang lebih nggak masuk akal kenapa taxi yang saya bawa bisa melewati jalan setapak yang lebarnya tak lebih dari dua meter???” pak Teto balik bertanya dengan muka masih terheran-heran.
“Padahal, mas bisa lihat sendiri keempat ban mobil taxi saya itu berada diatas kanan kiri saluran got!’, tandasnya dengan muka penuh keheranan. “Nah, sampai detik inipun, nggak mungkin saya bisa menjalankan taxi tersebut untuk keluar dari gang ini lagi dan balik kembali menuju ujung gang yang telah saya lewati semalam’’, jelas pak Teto dengan nada terbata-bata heran. Gang yang hanya berukuran jalan setapak yang luasnya memang tak lebih dari 2 meter dan dikanan kiri gang tersebut masing-masing juga terdapat saluran got yang terbuka.
Dan saat ditanya mengapa bapa Teto bisa menunggu disini ’’Begini mas… ketika itu salah satu penumpang wanita tersebut menyuruh saya berhenti di sini, dia bilang ‚’’Tunggu’, ya…”  – sebagai pelayan jasa yang baik saya wajib menunggu tanpa menggerutu walaupun saat itu sekujur bulu kuduk saya mulai merinding entah kenapa”, jelas pak Teto. 
Lalu kapan bapa sadar keganjilan tersebut? “Ya….itu mas, saat penumpang yang satu turun dan bilang ‘’’tunggu’’ dia jalan beberapa langkah lalu nggak terlihat lagi oleh saya, lalu dengan rasa nggak karuan yang kuat sekali, dalam hati saya berkata, agar saya melihat ke kaca spion dalam diatas dasboard, untuk melihat kedua penumpang lainnya yang masih duduk di belakang, kok rasanya ada keanehan, tapi pas saya menoleh ke bangku belakang… saat itu pula saya mulai tidak sadarkan diri lagi….’’ jelasnya.
Dengan intonasi yang masih gemetar, bapak empat anak itu menjelaskan, ‘’’Gimana saya nggak pingsan mas… ketika saya menoleh ke bangku belakang untuk melihat ke arah penumpang yang lainnya…..’’ pak Teto sontak berhenti berbicara dan tunduk terdiam. Lalu ia meneruskan jawabannya, “Pas aku lihat, kedua penumpang tersebut memiliki wajah yang nggak karuan bentuknya! Dan amat sangat menakutkan!!”, tambah pak Teto yang sorot matanya terlihat kosong tak fokus di dalam ruangan pos RW setempat, lalu kembali menundukkan wajahnya sambil menggelengkan kepala dan berhenti berbicara.
Seluruh warga yang ada di ruang pos RW pun ikut terdiam mendengarnya. Mungkin saja pak Teto masih dalam keadaan shok karena masih teringat oleh wajah menakutkan dari sosok hantu tersebut. Kemudian ia mulai melanjutkan ceritanya, “Saat itulah saya mulai nggak sadarkan diri dan akhirnya saya baru mengetahui kalau saya sudah berada di dalam Pos RW 06 Karet Tengsin ini, yang katanya saya di bopong oleh warga tadi pagi ke Pos RW ini, ‘’ sambil ia menunjuk Bapak Haji Imron sebagai ketua RW 06 setempat.
Itulah kisah bapak Teto saat 2007 silam lalu. Dikutip dari indocropcircles, Kamis (30/10).