Hal itu menjadi bukti nyata sejarah 800 tahun kehidupan kelompok minoritas etnis Salar yang menganut agama Islam.
“Edisi fotokopi ini bisa menjadi contoh yang bagus untuk melestarikan kitab suci nenek moyang yang sangat berharga di China,” kata Deputi Direktur Lembaga Etnik dan Agama Provinsi Qinghai, Ma Wenbiao.
Nenek moyang suku Salar yang merupakan bangsa Samarkandi (bekas wilayah Uni Soviet) mendiami wilayah Dunhua pada masa Dinasti Yuan (1271-1368).
Awalnya mereka menggunakan bahasa Altaik, cabang bahasa Turki, sebagai bahasa ibu. Setelah sering berkomunikasi dengan suku Han, suku Hui, dan masyarakat Tibet, beberapa kata yang diucapkan suku Salar dipengaruhi oleh bahasa Mandarin dan bahasa Tibet.
Saat ini beberapa anak muda suku Salar sudah bisa bahasa Mandarin.
Semua penduduk suku Salar beragama Islam yang taat pada kitab suci, rajin beribadah dan berziarah. Mayoritas suku tersebut bercocok tanam.
ant
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby