Menurutnya, dengan realisasi pertumbuhan 5,02%, ternyata sepanjang 2016 lalu laju pengeluaran pemerintah dalam PDB malah minus 0,15% (year on year/yoy), padahal pada 2015 yang kondisinya lebih buruk bisa bertumbuh 5,38% (yoy).

“Ironisnya, jika pada 2015 pertumbuhannya 4,79%, pengeluaran pemerintah masih berkontribusi positif sebesar 0,46%. Tapi pada 2016 lalu justru komponen belanja pemerintah berkontribusi negatif (-0,01) terhadap pertumbuhan yang 5,02%,” papar Abra.

Apalagi, sambung dia, kemudian di 2016 itu kredibilitas kebijakan fiskal terbukti rapuh ketika di pertengahan tahun lalu pemerintah terpaksa memangkas anggaran hingga mencapai Rp183 triliun.

“Artinya, peran pemerintah dalam perekonomian bukan hanya minim, tetapi malah menjadi beban perekonomian,” tuturnya.

Selain itu, minimnya peran pemerintah dalam pertumbuhan ekonomi tahun lalu juga disebabkan banyaknya proyek-proyek yang tidak berjalan, terutama proyek infrastruktur. Hal ini, katanya, karena alasan persoalan pembebasan lahan, pembiayaan, dan lainnya.

Buruknya realisasi proyek-proyek pemerintah pada gilirannya juga berimbas pada sektor swasta. “Terbukti, kinerja investasi swasta yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada 2016 lalu cuma tumbuh 1,45% (yoy), padahal pada 2015 masih bisa naik sampai 5,07% (yoy). Ini jadi PR tim ekonomi,” pungkas dia.

(Reporter: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka