Medan, Aktual.co — Penurunan daya tarik alami Danau Toba menyebabkan arus kunjungan wisatawan pun menyusut.
“Penurunan kualitas dan merosotnya daya tarik alami Danau menjadi salah satu pemicu penurunan tingkat kunjungan wisatawan ke Danau Toba.”ujar Wagub Sumut Tengku Erry Nuradi di Hotel Niagara Parapat, Jumat (14/11).
Dalam Rapat Koordinasi dan Evaluasi Liaison Officer (LO) dengan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) Provinsi Sumut sekaligus Sosialisasi Penerapan Hasil Kajian Daya Dukung Dan Daya Tampung Beban Pencemaran Perairan Danau Toba 2014 itu, Wagub berharap penurunan kualitas lingkungan Danau Toba segera diatasi.
“Untuk itu diharapkan seluruh lembaga, instasi terkait dan masyarakat untuk saling dukung dalam upaya melestarikan Kawasan Danau Toba, sebagai salah satu destinasi wisata andalan Sumut,” kata Erry
Selaku Ketua Badan Pelaksana Badan Koordinasi Pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba (BP-BKPEKDT), Erry menuturkan,penerapan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya yang serasi dan seimbang pada setiap aktifitas pembangunan dengan menggunakan pendekatan ekosistem, niscaya mampu menjamin keberlangsungan ekosistem Kawasan Danau Toba (KDT).
Antara lain lewat program tujuh sasaran manfaat yakni, air Danau Toba laik menjadi sumber air minum, KDT sebagai tempat rekreasi yang aman dan nyaman, optimalisasi fungsi ekosistem daerah tangkapan air di KDT, ikan dan hasil pertanian laik dikonsumsi dan tidak terkontaminasi, air danau toba dapat digunakan sebagai sumber tenaga listrik, keanekaragam hayati flora dan fauna tetap terpelihara, terakhir udara KDT dapat mendukung kehidupan ekosistem yang sehat.
Upaya pemelilaharaan, pemulihan dan pelestarian KDT itu,lanjut Wagub, perlu dievaluasi secara berkala. Sehingga, perkembangan yang ada bisa terus dipantau guna acuan skala prioritas bagi program berikutnya.
Berdasarkan evaluasi itu, jelas Erry, BP BKPEKDT telah melakukan pengembangan KDT, mulai dari sosialisasi dan internalisasi deklarasi Like Toba Ecosystem Management Plan (LTEMP), gerakan aku cinta Danau Toba, pembersihan eceng gondok, penanaman hijauan pakan ternak, peremajaan mangga muara.
Lalu, gerakan pengendalian sampah di lokasi wisata, rapat koordinasi dan evaluasi forum danau toba bidang perhotelan dan bidang perkapalan, monitoring dampak kegiatan keramba jaring apung (KJA) terhadap kualitas air Danau Toba.
Meski demikian, menurut Erry, masih perlu upaya peningkatan kegiatan monitoring, evaluasi dan rapat koordinasi guna mendapatkan kondisi nyata KDT.
Terutama isu soal pencemaran, menjamurnya KJA melebihi daya dukung dan daya tampung, Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) hotel dan restauran yang belum terkendali, pengelolaan limbah organik dan non organik, penanggulangan eceng gondok, sampah di lokasi wisata dan dermaga yang belum tertata dengan baik, serta tutupan vegetasi di daratan kawasan Danau Toba sebagai daerah tangkapan air yang hanya 22 persen.
“Tutupan vegetasi di daratan kawasan Danau Toba sebagai daerah tangkapan air idealnya 30 persen,” kata Erry.
Hadir dalam acara itu, sejumlah perwakilan kepala daerah se-Kawasan Danau Toba, Ketua Sosialisasi Penerapan Hasil Kajian Daya Dukung Dan Daya Tampung Beban Pencemaran Perairan Danau Toba Ardhi Kusno. (Damai)
Artikel ini ditulis oleh: