Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dalam sebuah kesempatan menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya memaksimalkan jumlah pemilih pada Pemilu 2019, dengan mengajak seluruh masyarakat yang memiliki hak pilih, saling mengajak untuk mencoblos pada 17 April.
Mendagri mengaku optimistis bahwa tingkat golput akan terus berkurang, meskipun tidak mungkin hilang 100 persen karena golput juga adalah sebuah pilihan.
Golput memang merupakan fenomena dalam ajang demokrasi yang biasa terjadi di manapun dengan era pemilihan langsung seperti sekarang ini.
Ada sejumlah hal yang membuat orang memutuskan tidak memilih (golput). Pertama, karena namanya tidak masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) dan karena faktor kesibukan atau bekerja saat hari pencoblosan. Meski oleh pemerintah sudah dibuka kesempatan untuk mengurusnya agar dapat memilih, namun kenyataannya banyak yang malas mengurusnya.
Alasan golput lainnya adalah karena menganggap calon-calon yang ada tidak sesuai dengan ekspektasi yang mereka inginkan, sehingga pemilih sengaja tidak mau datang ke tempat pemungutan suara (TPS).
Selain itu, ada pula pemilih yang menganggap pemilu tidak penting karena tidak sejalan atau tidak berdampak langsung dengan tingkat kesejahteraannya.
Di sisi lain, sejumlah pengamat menilai, jumlah golput pada Pemilu 2019 tidak akan meningkat dibanding pada Pemilu 2014, karena pelaksanaan Pilpres 2019 digabung dengan pelaksanaan pemilu legislatif secara serentak.
Artikel ini ditulis oleh: