Ada yang berpendapat bahwa dinamakan Sufi karena kesamaan sifat mereka dengan sifat orang-orang yang dikenal sebagai “Ahl al-Suffah” yang hidup pada masa Rasulullah saw. Beberapa juga berpendapat bahwa mereka dinamai Sufi karena mereka mengenakan pakaian suf (pakaian dari wol). Namun, yang lebih menonjol adalah bahwa istilah “Sufi” menggambarkan kemurnian dalam hati, ibadah, akhlak, serta pengikutan mereka terhadap ajaran agama dengan semangat tinggi dan penolakan terhadap dunia, semuanya untuk mencapai kepuasan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sementara itu, Ilmu tasawuf sendiri adalah kumpulan prinsip yang dianut oleh para sufi dan tata krama yang mereka ikuti dalam kehidupan sehari-hari dan praktik-praktik kesendirian mereka.

Disebutkan oleh Imam Al-Sya’rani dalam kitabnya “Al-Anwar Al-Qudsiyah,” hakikat ilmu tasawuf adalah melaksanakan ilmu dan hukum Islam dengan ikhlas dan kejujuran. Jika kita melihat para sufi awal yang mendirikan tasawuf, mereka semua adalah ulama yang mengajak kepada Allah melalui Al-Quran dan Sunnah. Karena itu, cahaya mereka bersinar dan warisan mereka tetap ada. Tasawuf sebenarnya adalah tentang belajar ilmu yang mulia, yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah, dan kemudian mengamalkan ilmu yang telah dipelajari. Hal ini dilakukan dengan usaha untuk mencapai kejujuran dan ikhlas dengan memohon pertolongan Allah, berpegang teguh pada zikir dan ibadah untuk membersihkan jiwa, membersihkan diri, dan menyembuhkan hati yang sakit. Tidak ada tasawuf tanpa ilmu, dan ilmu tidak bermanfaat tanpa amal. Siapa pun yang berbicara tentang tasawuf tanpa dasar ini, tidak memiliki hubungan apa pun dengan tasawuf.

Ibn Khaldun juga mengatakan dalam hakikat tasawuf,

“Ini adalah salah satu dari ilmu-ilmu agama yang berdasarkan pada zaman ini. Prinsip dasarnya adalah bahwa cara hidup mereka selalu ada sejak zaman Nabi dan para Sahabat hingga para Tabi’in. Cara hidup ini adalah cara hidup yang benar dan petunjuk. Dasarnya adalah berpegang teguh pada ibadah kepada Allah Yang Maha Tinggi, menolak hiasan dunia dan kemewahan, menjauhi kenikmatan, kekayaan, dan kedudukan yang diinginkan oleh kebanyakan orang, serta berdiam diri dalam ibadah dengan sendirinya. Ini adalah umum di antara para Sahabat dan generasi awal Islam. Namun, ketika orang-orang mulai cenderung kepada dunia pada abad kedua dan setelahnya, dan manusia mulai terlibat dengan dunia, orang-orang yang mendekat kepada ibadah secara khusus dikenal dengan sebutan sufi dan sufiyah.”

Banyak orang yang menghubungkan tasawuf dengan orang-orang yang zuhud (menolak kenikmatan dunia) dan beribadah. Mereka berzikir dan memuji Allah dan tidak terjerumus dalam bid’ah. Mengingat bahwa para sufi awal sangat membatasi pengetahuan mereka hanya pada Al-Quran dan Sunnah. Imam Junaid pernah berkata, “Ilmu kami berdasarkan pada Al-Quran dan Sunnah. Siapa yang tidak menghafal Al-Quran, tidak menulis hadis, dan tidak memahami fiqh, tidak pantas diikuti.”

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain